Ulama – Ulama Ahli Hadits Dari Zaman Sahabat Hingga Zaman Sekarang (2009)

IMAM – IMAM AHLI HAIDTS DARI ZAMAN KEZAMAN HINGGA SEKARANG

Penulis: Asy Syaikh Abu Abdirrahman Fauzi Al Atsary

Perintis jejak pertama yang mengenakan mahkota fuqaha ahli hadits adalah para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam.
Yang paling masyhur dari mereka antara lain:

1. Khalifah yang empat (Radhiyallahu ‘anhum ) :
• Abu Bakr Ash-Shiddiq
• Umar bin Al-Khaththab
• Utsman bin Affan
• Ali bin Abi Thalib

2. Al-Abadillah (Radhiyallahu ‘anhum ) :
• Ibnu Umar
• Ibnu Abbas
• Ibnu Az-Zubair
• Ibnu Amr
• Ibnu Mas’ud
• Aisyah
• Ummu Salamah
• Zainab
• Anas bin Malik
• Zaid bin Tsabit
• Abu Hurairah
• Jabir bin Abdillah
• Abu Said Al-Khudri
• Mu’adz bin Jabal

3. Setelah sahabat Rasulullah adalah para tokoh tabi’in Rahimahumullah antara lain:
• Said bin Al-Musayyib wafat 90 H
• Urwah bin Az-Zubair wafat 94 H
• Ali bin Al-Husain Zainal Abidin wafat 93 H
• Muhammad bin Al-Hanafiyah wafat 80 H
• Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud wafat 94 H atau setelahnya
• Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H
• Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash? Shiddiq wafat 106 H
• Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H
• Muhammad bin Sirin wafat 110 H
• Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H
• Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H

4. Kemudian tabi’ut tabi’in dan tokoh mereka Rahimahumullah :
• Malik bin Anas wafat 179 H
• Al-Auza’i wafat 157 H
• Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H
• Sufyan bin Uyainah wafat 193 H
• Ismail bin Aliyah wafat 193 H
• Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H
• Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H

5. Kemudian pengikut mereka di antara tokoh mereka Rahimahumullah:
• Abdul.lah bin Al-Mubarak wafat 181 H
• Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H
• Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I wafat 204 H
• Abdurrahman bin Mahdi wafat 198 H
• Yahya bin Said Al-Qathan wafat 198 H
• Affan bin Muslim wafat 219 H

6. Kemudian murid-murid mereka yang berjalan di atas manhaj mereka di antaranya (Rahimahumullah) :
• Ahmad bin Hambal wafat 241 H
• Yahya bin Ma’in wafat 233 H
• Ali bin Al-Madini wafat 234 H

7. Kemudian murid-murid mereka di antaranya (Rahimahumullah) :
• Al-Bukhari wafat 256 H
• Muslim wafat 271 H
• Abu Hatim wafat 277 H
• Abu Zur’ah wafat 264 H
• Abu Dawud : wafat 275 H
• At-Turmudzi wafat 279 H wafat 303 H
• An Nasa’i wafat 234 H

S. Kemudian orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari generasi ke generasi antara lain (Rahimahumullah):
• Ibnu Jarir wafat 310 H
• Ibnu Khuzaimah wafat 311 H
• Ad-Daruquthni wafat 385 H
• Ath-Thahawi wafat 321 H
• Al-Ajurri wafat 360 H
• Ibnu Baththah wafat 387 H
• Ibnu Abu Zamanain wafat 399 H
• Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H
• Al-Lalika’i wafat 416 H
• Al-Baihaqi wafat 458 H
• Ibnu Abdil Bar wafat 463 H
• Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H
• AI-Baghawi wafat 516 H
• Ibnu Qudamah wafat 620 H

9. Di antara murid mereka dan orang meniti jejak mereka (Rahimahumullah) :
• Ibnu Abi Syamah wafat 665 H
• Majduddin lbnu Taimiyah wafat 652 H
• Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 1-1
• Ibnu Ash-Shalah wafat 643 H
• Ibnu Taimiyah wafat 728 H
• Al-Mizzi wafat 742 H
• Ibnu Abdul Hadi wafat 744 H
• Adz-Dzahabi wafat 748 H
• Ibnul Qayyim wafat 751 H
• Ibnu Katsir wafat 774 H
• Asy-Syathibi wafat 790 H
• Ibnu Rajab wafat 795 H

10.Ulama setelah mereka yang mengikut jejak mereka di dalam berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sampai hari ini. Di antara mereka

(Rahimahumullah) :
• Ash-Shan’ani wafat 1182 H
• Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H
• Al-Luknawi wafat 1304 H
• Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H
• Syamsul Haq Al-Azhim wafat 1349 H
• Al-Mubarakfuri wafat 1353 H
• Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H
• Ahmad Syakir wafat 1377 H
• Al-Mu’allimi Al-Yamani wafat 1386 H
• Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H
• Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H
• Badi’uddin As-Sindi wafat 1416 H
• Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H
• Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H
• Hammad Al-Anshari wafat 1418 H
• Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H
• Muhammad Al-Jami wafat 1416 H
• Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H
• Shalih bin Fauzan Al-Fauzan (h)
• Abdul Muhsin Al-Abbad (h)
• Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali (h)
• Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H

Di antara guru-guru dan teman-teman kami serta orang-orang yang kami kenal dari kalangan penuntut ilmu -semoga Allah membaikkan akhir hayat kami dan mereka berada di atas jalan ahli hadits. Itulah syiar dan slogan mereka semoga Allah mengampuni mereka semua, dan

menganugrahkan kepada kami dan mereka ketetapan di atas kebenaran dan menjadikan akhir amalan kami kebaikan, kenikmatan dan

kemuliaan-Nya.

Sumber :Kitab Al Azhar Al Mantsuroh fi Tabyini Anna Ahlul Hadits Hum Al Firqotu An Najiyah wath Thaifah Al Mantsurah
Edisi Indonesia : Siapakah Golongan Yang Selamat,
Penerbit : Cahaya Tauhid Press, Malang

Kategori:Uncategorized

Nasehat dan Peringatan Bagi Para Pelukis (Pengambar)

PERINGATAN KERAS BAGI PEMBUAT GAMBAR

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
”Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (Q.S Al-Ahzab ayat 57)

Ikrimah Rahimahullah berkata : ”Mereka (orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya) adalah orang – orang yang membuat gambar dan patung” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir dan Al-Kabair, Adz-Dzahabi)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
”Sesungguhnya orang – orang yang membuat gambar akan di siksa di hari Kiamat. Dikatakan kepada mereka, hidupkan apa yang kalian ciptakan (yang kalian buat)” (Hadits Shahih, Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma)

Aisyah Radhiyallahu’aha berkata :
”Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam datang dari berpergian sedangkan pada krey terdapat kelambu dari bahan tipis, padanya terdapat gambar – gambar patung. Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam melihatnya, wajah Beliau merah dan berkata. ”Wahai Aisyah, orang yang paling berat siksanya pada hari Kiamat nanti adalah mereka yang membuat ciptaan yang menyerupai ciptaan Allah Azza wa Jalla.” Aisyah berkata : ”Lalu Aku memotong nya dan menjadikan nya dua bantal.” (Hadits Shahih, Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
”Setiap pembuat gambar berada di neraka, setiap yang di gambarnya akan di jadikan sebagai makhluk bernyawa lalu ia menyiksanya di neraka Jahannam” (Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
”Barangsiapa yang menggambar sebuah gambar di dunia, ia ditugaskan untuk meniupkan ruh pada gambar itu di hari Kiamat dan tidaklah ia mampu melakukan nya selama – lamanya.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
”Allah Azza wa Jalla berfirman : ”Siapakah orang yang lebih menganiaya (dirinya sendiri) daripada orang yang membuat suatu sebagaimana ciptaan-Ku. Hendaknya mereka menciptakan satu biji-bijian atau hendaklah mereka menciptakan satu biji atom atau hendaklah mereka menciptkan satu helai rambut.” (Hadits Shahih, Diriwayatkan Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
”Pada hari Kiamat nanti akan dikeluarkan sebatang leher dan berkata, ”Aku ditugaskan untuk tiga hal : Untuk orang yang berdoa kepada Tuhan selain Allah, Setiap penguasa sombong dan bengis dan para Tukang Gambar.”

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
”Malaikat tidak akan masuk sebuah rumah yang terdapat anjing dan gambarnya.” (Hadits Shahih, Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

”Malaikat tidak akan memasuki rumah yang padanya terdapat anjing, gambar dan orang junub.”

Imam Al-Khithabi Rahimahullah berkata tetang hadits ini.
”Yang dimaksudkan adalah malaikat yang turun untuk membawa rahmat, barakah dan bukan malaikat penjaga (Pencatat). Mereka (malaikat penjaga / pencatat) tidak membedakan antara yang sedang junub dan yang bukan. Yang dimaksud anjing disini adalah anjing yang sengaja dipelihara, bukan untuk menjaga ladang, ternak atau bukan untuk berburu. Jika memang terpaksa harus memeliharanya untuk suatu kepentingan, misalnya menjaga rumah dan memang dianggap sangat perlu, maka hal itu tidak apa – apa, Insya Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan gambar disini adalah gambar – gambar yang memiliki nyawa. Baik gambar berbentuk semisal patung, atau yang terpahat, atau yang disulam dipakaian atau yang lain. Maka keumuman hadits di atas mencakup semuanya dan seharusnya gambar itu dijauhi. Milik Allah-lah taufiq dan hidayah.”

Kitab Memohon bimbingan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi lagi Maha Pemurah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S Al-Ahzab ayat 36)

Diambil dari kitab Al-Kabair, Imam Adz-Dzahabi rahimahullah. Judul terjemahan nya ”Dosa – Dosa Besar ”

GAMBAR DAN PATUNG YANG DIPERBOLEHKAN

1. Gambar dan lukisan pohon, binatang matahari, bulan, gunung, batu, laut, sungai, tempat-tempat suci seperti masjid, Ka’bah yang tidak memuat gambar orang dan binatang, pemandangan yang indah. Dalilnya adalah kata Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu :

إن كنت لا بد فاعلا فاصنع الشجر وما لا نفس له. رواه البخاري
“Apabila anda harus membuat gambar, gambarlah pohon atau sesuatu yang tidak ada nyawanya.” (Atsar Riwayat Bukhari).

2. Foto yang dipasang di kartu pengenal seperti paspor, SIM, kartu mahasiswa dan lain-lain yang mengharuskan adanya foto. Semuanya itu dibolehkan karena darurat (keperluan yang tidak bisa ditinggalkan).

3. Foto pembunuh, pencuri, penjahat agar mereka dapat ditangkap untuk dihukum.

4. Barang mainan anak perempuan yang dibuat dari kain sebangsa boneka berupa anak kecil yang dipakaikan baju dan sebagainya dengan maksud untuk mendidik anak perempuan rasa kasih sayang terhadap anak kecil. Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata :

“Saya bermain-main dengan boneka berbentuk anak perempuan di depan Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam.” (riwayat Bukhari).

Tidak boleh membeli mainan negara asing untuk anak-anak, terutama mainan yang membuka aurat sebab anak-anak akan menirunya yang berakibat merusak akhlak serta pemborosan dengan membelanjakan kekayaan untuk negara asing dan negara yahudi.

5. Diperbolehkan gambar yang dipotong kepalanya sehingga tidak menggambarkan makhluk bernyawa lagi seperti benda mati.

Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah mengenai gambar : “Perintahkanlah orang untuk memotong kepala gambar itu, dan perintahkanlah untuk memotong kain penutup (yang ada gambarnya) supaya dijadikan dua bantal yang dapat diduduki.” (Hadits Shahih, Riwayat Abu Daud).

Semoga Allah menjaga kita semua dari ahzab yang pedih dan yang hina. Semoga Allah merahmati kita semua dan mengampuni kesalahan kita, dan memasukkan kita ke surga nya yang tertinggi surga Firdaus. Wallahu’allam, Semoga Bemanfaat.

Diambil dari, Kitab Rasa’ilut Taujihat Al-Islamiyah, Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu. Edisi Indonesia : Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat.

copas catatan akhi Prima Saputra Abu Abdullah di FB

Kategori:Uncategorized

Membongkar Kedok Hizbi yang Menyusup Ketubuh Salafi (bantahan terhadap beberapa buku)

MEMANG HARUS BEDA

antara SALAFIYYAH dan HIZBIYYAH

(Harusnya Beda, Kenapa Sama ?)

الكواشف الجلية في الرد على كشف الحقائق الخفية

Sebuah Bedah Ilmiah Membongkar Penyimpangan Buku “Beda Salaf dengan “Salafi”

(Ditulis oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah Al-Atsariy)

======

PENTING !!!

Dibolehkan untuk mengcopy artikel ini dengan tidak menambah atau mengurangi isi artikel ini. Artikel ini ditampilkan atas rekomendasi langsung oleh Al-Ustadz Abu Fa’izah Al-Altsariy sebagai ringkasan dari buku bantahan beliau (insyaAllah akan segera terbit) terhadap buku Beda Salaf dengan “Salafi”. Kami tidak bertanggung jawab terhadap segala perubahan kecil atau banyak yang dilakukan oknum-oknum yang membenci dakwah salafiyah terhadap ringkasan buku bantahan ini. Untuk detail bantahan ini bisa langsung dilihat di buku Memang Harus Beda antara Salafiyyah dan Hizbiyyah yang insyaAllah akan segera dicetak dan InsyaAllah akan tampil secara berseri di Almakassari.Com dan web-web salafy lainnya. Jazakumullah khoir.
============
Pergolakan antara tentara kebenaran, dan tentara kebatilan akan senantiasa berjalan sampai akhir zaman. Para pejuang kebenaran harus memiliki kesabaran yang tinggi dan ilmu yang kuat, sebab ia akan diserang oleh musuh-musuh kebatilan dengan berbagai macam senjata syubuhatnya.

Diantara syubuhat yang mereka arahkan kepada dakwah salafiyyah, dan pengikutnya (salafiyyun), adanya sebagian kitab-kitab yang menyudutkan dakwah salaf, dan salafiyyun, seperti: “Aku Melawan Teroris”,(1) “Dakwah Salaf Dakwah Bijak” , “Siapa Teroris Siapa Khawarij” (2) .

Masih segar dalam ingatan terbitnya tiga kitab itu, tiba-tiba muncul lagi kitab baru yang diterjemahkan dari kitab yang berbahasa Arab. Kitab ini juga menyudutkan para salafiyyun, dan memberikan angin segar, dan nafas lega bagi para hizbiyyun di Indonesia, dan Makassar -khususnya-.

Pasalnya, ada sebagian ikhwah Al-Jami’ah Alauddin datang membawa kitab terjemahan itu kepada kami saat ada kajian di Masjid Kampus UIN Alauddin, Makassar. Dia mengisahkan bahwa kitab terjemahan itu ia dapatkan dari kiriman seorang akhwat OrmasWahdah Islamiyyah (WI) kepada ikhwah tersebut. Dia juga mengisahkan bahwa ada seorang ikhwah yang tak mau ikut kajian salaf lagi –wal’iyadzu billah- seusai membaca kitab itu.(3)

Ikhwah ini datang meminta nasihat kepada kami secara pribadi tentang isi kitab itu, walaupun berupa catatan ringkas tentang isi kitab tersebut.

* Kitab Apa itu?

Kitab itu aslinya berjudul “Kasyful Haqo’iq Al-Khofiyyah ‘Inda Mudda’i As-Salafiyyah”. Lalu diberi judul secara serampangan oleh penerjemah dengan “Beda Salaf dengan “Salafi”” (Harusnya Sama Kenapa Beda?)(4). Kitab ini diterjemahkan oleh Wahyuddin, Abu Ja’far Al-Indunisiy; diterbitkan oleh Media Islamika, Solo pada bulan November 2007 M.

Penulis kitab ini bernama Mut’ab bin Suryan Al-’Ashimiy.(5) Konon kabarnya, ia adalah penduduk Makkah sebagaimana yang dijelaskan oleh Peneberbit dalam kata pengantarnya (hal.9). Tidak lebih dari itu !! Siapakah dia? Wallahu a’lam tentang jati dirinya.

Kemudian kitab BSDS ini terdiri dari dua bagian. Bagian Pertama berupa tulisan asli Muth’ab bin Suryan dari hal. 10-88. Jadi isi kitab aslinya Cuma berisi 78 hal. Bagian Kedua , lalu digembungkan oleh Penerbit dengan tambahan 146 hal yang terdiri dari : cover dalam dari hal. 1-4, pengantar Penerbit dari hal. 5-9, dan tambahan fatwa-fatwa (?) dari hal.89-223. Satu halaman yang tersisa berisi ucapan syukur: tamma bihamdillah. Jadi, tambahannnya hampir 3 kali lipat !! Sebagai amanah ilmiah, semoga saja Penerbit mendapat izin dan ridho dari Penulis sehingga ia boleh menambahkan halaman yang begitu banyak jumlahnya di belakang tulisan Muth’ab, sedang tambahan itu melebihi aslinya!!

* Judul Kitab dalam Terjemahan

Penerjemah memberi judul bagi kitab itu dengan Beda Salaf dengan “Salafi”. Sedang “Salafi” maksudnya disini adalah orang yang mengaku salafi.

Jika kita menelaah isi kitab, maka kita akan mendapatkan bahwa yang dimaksud dengan orang yang mengaku salafi adalah orang yang suka mencela ulama, dan orang suka men-tashnif (menggolongkan) manusia.(6)

Sebenarnya Penulis dalam hal ini salah kaprah(7) tentang mencela, sampai orang yang mengingkari penyimpangan aqidah sebagian orang juga dianggap mencela. Demikian pula, Penulis dan Penerbit salah kaprah dalam mendudukkan semacam Salman, Safar Al-Hawaliy, A’idh Al-Qorniy, Sayyid Quthb, Hasan Al-Banna sebagai ulama’, padahal bukan ulama’. Kalau pun ia ulama’, apa salahnya mengingkari mereka dengan cara yang hikmah. Para ulama’ dari dulu mengingkari ulama’ yang lainnya, baik dalam perkara fiqih, maupun perkara aqidah. Tak ada yang menganggap hal itu sebagai celaan. Namun herannya di zaman ini ada sebagian pemuda yang dangkal pemahamannya –termasuk Penulis- menganggap hal itu sebagai celaan dan ghibah. (8)

Ini yang dikatakan oleh Penulis dengan pengaku salafi. Selain itu ia menganggap pengaku salafi itu adalah orang yang suka men-tashnif (menggolong-golongkan)manusia.

Sebenarnya jika kita mau memperhatikan judul Arab maupun judul terjemahan, maka sebenarnya Penulis dan Penerjemah sendiri telah melakukan tashnif.(9) Coba perhatikan judul aslinya yang berbunyi “Kasyful Haqo’iq Al-Khofiyyah ‘Inda Mudda’i As-Salafiyyah” (Menyingkap Hakekat yang Samar di Sisi Pengaku Salafi). Lalu perhatikan juga judul yang disematkan oleh Penerjemah yang berbunyi Beda Salaf dengan “Salafi”.

Perhatikan bagaimana Penulis menggunakan istilah mudda’is salafiyyah, dan Penerjemah menggunakan istilah Salafi –dengan tanda petik- yang artinya sama dengan mudda’is salafiyyah (Pengaku Salafi).

Jadi, Penulis, dan Penerjemah sama-sama men-tashnif (menggolong-golongkan) manusia, sebab jika disana ada orang yang mengaku salafi, berarti disana ada yang Salafi Sejati. Ini adalah tashnif yang dicela oleh Penulis, dan Penerjemah, namun keduanya melakukan hal itu sendiri(10).

Wahai Penulis dan Penerjemah, dengarkan Allah -Ta’ala- berfirman,

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?”. (QS. Al-Baqoroh:44 ).

Ini dari segi judul. Belum lagi isinya !! Insya’ Allah -Ta’ala- Pembaca yang budiman akan melihat lebih dari ini berupa penyimpangan Penulis, dan kecohannya kepada para pembaca dengan memakai “sistem standar ganda” yang tumpul.

* Inti Pembahasan Kitab BSDS

Jika kita membaca buku terjemahan yang berjudul Beda Salaf dengan “Salafi” (BSDS) dari awal sampai akhir, maka kita akan dapatkan kesimpulan bahwa Penulis BSDS hanya berkisar dalam beberapa perkara (baca:syubhat), diantaranya: Masalah Menggunakan Nama Salafiy atau Atsariy, Larangan Men-tashnif, Tuduhan bahwa Salafiyyun Suka Mencela.

Untuk membantah syubhat-syubhat ini, maka kami akan membawakan beberapa tanya jawab yang akan menghilangkan segala kerancuan tentang manhaj dan dakwah salaf. Berikut tanya jawab tersebut:

* Terlarangkah Memakai Nisbah As – Salafiy atau Al – Atsariy ???

Penulis BSDS dalam soal 03 (hal. 40), ia menyebutkan ciri khas dan simbol para pengaku salafi, yaitu menggunakan simbol As-Salafiy atau Al-Atsariy diakhir nama mereka atau mengaku dengan lisannya, “Aku adalah salafi”, “Kami adalah salafiyyun”. Jika seorang melakukan hal seperti itu, maka ia dianggap jauh dari intisari yang terkandung.

Dengarkan Penulis berkata dengan ceroboh di bawah judul Slogan Para Pengaku Salafi, “Apa simbol mereka, yaitu orang-orang yang selalu mengaku-aku salafi?”.

Lalu ia jawab sendiri, “Simbol mereka yang dapat dikenali adalah pengakuan “as-salafiyah” atau perkataan mereka, “Kami adalah salafiyyun”, atau “Saya adalah salafi”. Atau mereka sertakan diakhir nama-nama mereka dengan sebutan salafi. Seperti, fulan bin fulan as-salafi atau al-atsari dan demikian seterusnya. Ini merupakan pengakuan yang mengindikasikan jauh dari intisari yang terkandung”.[Lihat BSDS (hal.40)]

Kemudian Penulis membawakan fatwa Syaikh Al-Fauzan yang menyatakan bahwa tidak perlu memakai nama As-Salafiy atau Al-Atsariy, karena beliau khawatir pengakuan itu tidak sesuai dengan perbuatan dan aqidah seorang muslim. Tapi apakah Syaikh melarang secara mutlak? Tentunya tidak !! Bagi orang yang memiliki aqidah dan manhaj sesuai dengan salaf, maka tak apa baginya untuk menamakan diri dengan As-Salafiy atau Al-Atsariy.

Karenanya, Syaikh Al-Fauzan sendiri pernah berfatwa saat ditanya, “Apakah menggunakan nama As-Salafiy dianggap membuat kelompok (hizbiyyah)?”. Syaikh Al-Fauzan -hafizhahullah- menjawab, ” Menggunakan nama As-Salafiy –jika sesuai hakekatnya-, tak mengapa. Adapun jika hanya sekedar pengakuan, maka tidak boleh baginya menggunakan nama As-Salafiy, sedang ia bukan di atas manhaj Salaf. Maka orang-orang Al-Asy’ariyyah -contohnya- berkata, “Kami adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah”. Ini tak benar, karena pemahaman yang mereka pijaki bukanlah manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Demikian pula orang-orang Mu’tazilah menamai diri mereka dengan Al-Muwahhidin (orang-orang bertauhid).

كل يدعي وصلا لليلى وليلى لا تقر لهم بذاكا

Setiap orang mengaku punya hubungan dengan Laila

Sedang Laila tidak mengakui hal itu bagi mereka

Jadi, orang yang mengaku bahwa ia berada di atas madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah akan mengikuti jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dan meninggalkan orang-orang yang menyelisihi (madzhab Ahlus Sunnah.-pent). Adapun jika ia mau mengumpulkan antara “biawak dan ikan pau” –menurut istilah orang-, yakni: mau mengumpulkan hewan daratan dengan hewan laut, maka ini tak mungkin; atau ia mau mengumpulkan antara api dengan air dalam suatu daun timbangan. Maka tak akan bersatu ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan madzhabnya orang-orang yang menyelisihi mereka, seperti Khawarij, Mu’tazilah, dan Hizbiyyun(11) yang disebut orang dengan “Muslim Masa Kini”, yaitu orang yang mau mengumpulkan kesesatan-kesesatan orang-orang di zaman ini bersama manhaj salaf. Maka “Tak akan baik akhir ummat ini kecuali dengan sesuatu yang memperbaiki awalnya”. Walhasil, harus ada pembedaan dan penyaringan”. [Lihat Al-Ajwibah Al-Mufidah ‘an As’ilah Al-Manahij Al-Jadidah (hal.36-40) karya Jamal bin Furoihan Al-Haritsiy -hafizhahullah-, cet. Darul Minhaj, 1426 H]

Jadi, menamakan diri dengan As-Salafiy, ini tak apa, jika seorang berada di atas manhaj dan aqidah salaf. Karenanya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- berkata, “tak ada aibnya orang yang menampakkan madzhab Salaf dan menisbahkan diri kepadanya, dan mengasalkan diri kepadanya. Bahkan wajib menerima hal itu darinya menurut kesepakatan (ulama’), karena madzhab salaf, tidak ada, kecuali benar”. [Lihat Majmu’ Al-Fatawa (4/149)]

* Salahkah Ahlus Sunnah (Salafiyyun) ketika Mereka Men-tashnif (mengelompokkan) Manusia ?

Penulis Beda Salaf dengan “Salafi” (BSDS) telah menuduh Salafiyyun secara keji ketika ia menjelaskan tugas Iblis(12) yang diemban oleh para salafiyyun –menurut sangkaan buruk dan kejinya-. Apa tugas Iblis tersebut? Tugas Iblis adalah men-tashnif: mengklasifikasi manusia.(13) Jadi, menurutnya tak boleh seorang menyatakan fulan Tabligh, Ikhwanul Muslimin (IM), Salafiyyun, Shufiy, Syi’ah, Wahdah Islamiyyah (WI), dan lainnya

Silakan dengarkan Penulis BSDS menjelaskannnya tugas Iblis yang dimaksud dalam BSDS (hal.45) di bawah sub judul “Tugas Iblis” , “Apa pekerjaan pokok yang menyatukan mereka dan dengannya mereka dikenali?”.

Kemudian si Penulis sendiri yang menjawab, “Jawab: Tugas utama mereka adalah (mengklasifikasikan manusia)berdasarkan hawa nafsu dan was-was. Itulah yang menjadi kesibukan di setiap majelis dan tempat-tempat berkumpul mereka(14) serta menjadi pekerjaan rutin mereka dengan segala kesungguhan dan potensi diri yang dimiliki tanpa memandang orang selainnya itu baik”. [Lihat BSDS (45)]

Sejak dahulu sampai sekarang para ulama kita masih terus memberikan label bagi kelompok-kelompok sesat, bahkan kelompok-kelompok sesat itu sendiri yang melabeli dirinya.

Perlu kami jelaskan bahwa kata tashnif ditinjau secara bahasa, maka ia bermakna :”Membedakan sesuatu, sebagiannya dari sebagian yang lain”.(15)

Tashnif (membedakan dan mengelompokkan manusia), ini bisa kita dapatkan dalam Kitabullah, As-Sunnah, atsar para salaf.

Bukankah kita kita dapati dalam Kitabullah bahwa Allah -Ta’ala- membagi manusia: mukmin dan kafir, taat & suka maksiat, muslim & munafiq. Bahkan orang mukmin dan kafir dibagi lagi.

Dalam Sunnah kita dapati Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- membagi manusia : mukmin dan kafir, taat & suka maksiat, muslim & munafiq. Bahkan orang mukmin dan kafir dibagi lagi. Yang mukmin ada yang ahlus sunnah & ahli bid’ah. Ahli bid’ah terbagi lagi. Karenanya kita akan dapati Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menyebutkan golongan Al-Qodariyyah,

القدرية مجوس هذه الأمة

“Al-Qodariyyah majusinya ummat ini”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (4691). Di-hasan-kan oleh Muhaddits Negeri Syam Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy-rahimahullah- dalam Zhilal Al-Jannah (338)]

Demikian pula dalam sunnah disebutkan ciri dan anjuran memerangi orang-orang Khawarij(16)

Sejak dulu para ulama kita telah membedakan ini Mu’tazilah, ini shufiyyah, ini Murji’ah, ini Khawarij, dan ini Syi’ah sehingga istilah-istilah ini terkenal sebagaimana yang disebutkan oleh Ibn Hazm –misalnya- dalam Al-Fishol fil Milal wal-Ahwaa’ wa An-Nihal, Abdul Qohir Ibn Muhammad Al-Baghdady dalam Al-Farq bainal Firoq, Asy-Syahrostany dalam Al-Milal Wa An-Nihal. Demikian pula ulama’-ulama’ mutakhirin pun menggunakan istilah-istilah untuk jama’ah dakwah agar bisa dibedakan dari dakwah Ahlus Sunnah. Misalnya, Syaikh Ibn Baz, Syaikh Al-Albany dalam berbagai kitab dan kasetnya, Syaikh At-Tuwaijiry dalam At-Tahdzir Al-Baligh min Jama’ah At-Tabligh, Syaikh Al-Fauzan dalam Al-Ajwibah Al-Mufidah, Syaikh Ahmad An-Najmy-hafizhohumullah- dan lainnya.

Nah, Apakah menggunakan istilah-istilah (seperti Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, Hizbut Tahrir dan lainnya) terlarang sementara para ulama kita memakainya dalam rangka membedakan mereka dari pengikut dakwah salaf??

Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily –hafizhohullah- berkata setelah menerangkan asal kata Salafiyyun, “Dengan ini, nyatalah bahwa penggunaa nama ini (yaitu, nama Salafiyyun,pent)bagi Ahlus Sunnah adalah sesuatu yang syar’i dan kembali -pada asal maknanya- kepada nama-nama mereka (Ahlussunnah) yang Syar’i. Seperti: Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Ath-Tho’ifah Al-Manshuroh, Al-Firqoh An-Najiyah untuk membedakan antara mereka (Ahlus Sunnah-Salafiyyun, pen) dengan orang-orang yang menisbahkan diri kepada Islam dari kalangan orang-orang yang menyimpang dari aqidah yang benar yang Rasul –Shollallahu alaihi wasallam- meninggalkan ummatnya da atasnya.Karenan ini, para ulama’ muhaqqiqin telah menyebutkan bahwa istilah Salafhanyalah muncul ketika terjadi perselisihan seputar prinsip-prinsip agama diantara kelompok-kelompok ahli kalam, dan semuanya berusaha menisbahkan diri kepada As-salaf Ash-sholih(17). Maka hal ini mengharuskan munculnya kaedah-kaedah yang jelas bagi manhaj salaf yang akan membedakannya dari orang yang mengaku menisbahkan diri kepada Salafiyyah (manhaj salaf)” (18).

Sekali lagi, Apakah membedakan kelompok-kelompok yang ada dengan memberi label kepada mereka dengan menggunakan kata Ikhwani, Tablighi, Tahriri, WI, NII bagi kelompok-kelompok yang menyimpang dari rel Salaf merupakan perkara yang salah??

Jawabnya, tentu tidak berdasarkan amaliyyah ulama’. Bahkan Nabi–Shollallahu alaihi wasallam- juga membedakan ini muslim, itu kafir dan beliau juga pernah bersabda dalam memberi label kepada orang-orang yang mengingkari takdir:“Al-Qodariyyah: majusinya ummat ini…”.(19)

Jika kita tidak memberi label kepada kelompok da’wah sufiyyah modern (baca: Jama’ah Tabligh), kepada kelompok da’wah Neo Mu’tazilah(baca: HT) dan lainnya, maka kapankah umat tahu kawan dan lawan mereka. Apakah setelah mereka terjerat dalam kesesatan kelompok-kelompok itu, baru kita berteriak-teriak kepanikan !!

Dulu ketika kami masih di Wahdah Islamiyyah, kami sering kali mendengar kata “ MANIS ”(20), Jama’ah Tabligh, IM, HT, dan lainnya dari mulut para pengikut WI dan para ustadznya. Bahkan label “MANIS” mereka jadikan bahan untuk menyudutkan Salafiyyun. Bukankah ini juga tashnif?? Mengapa justru fenomena tashnif ini malah diarahkan dan dituduhkan kepada orang lain tanpa hujjah. Ingat, jangan sampai tuduhan yang kita lontarkan telah beranak pianak dan berpindah dari mulut ke mulut, tapi ternyata tidak satu pun tuduhan itu terbukti.

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan”. [QS.Ash-Shoff: 2-3]

Kalian nyuruh orang agar tidak melakukan tashnif, tapi kalian sendiri men-tashnif manusia. Wallahi, hadza lasyai’un ujaab!!

Jika seorang men-tashnif jama’ah-jama’ah yang menyimpang, apakah ini keliru, dan dimana letak kekeliruannya. Maka kami akan katakan kepada anda sebagaimana yang dikatakan Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah-, ”Jika engkau beradu argumen dengan salah seorang dari mereka, maka engkau tidak akan menemukan apapun darinya kecuali sepotong semangat yang menggerakkannya tanpa landasan ilmu yang jelas. Maka ia pun masuk ke dalam akal orang-orang bodoh dengan semboyan “ghirah terhadap dien”, “menolong sunnah”, dan “persatuan ummat”.(21) Padahal merekalah yang pertama kali yang mengayunkan palu godam untuk menghancurkan dan mengoyak-ngoyak keutuhannya…” (22)

Adapun nukilan Penulis berupa larangan men-tashnif manusia dari Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya Tashnif An-Naas baina Azh-Zhonni wal Yaqin, maka ada baiknya kita dengarkan komentar dua orang ulama’ kita tentang kitab Syaikh Bakr ini sehingga kita bisa mengetahui bobot pandangan Syaikh Bakr:

Al-Allamah Muhaddits Ad-Diyar Al-Yamaniyyah, Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy As-Salafiy -rahimahullah- berkata, “Risalah Saudara kami Bakr bin Abdillah Abu Zaid “Tashnif An-Naas baina Azh-Zhonni wal Yaqin ” teranggap sebagai sesuatu yang paling jelek beliau tulis. Kebanyakan diantara tulisannya –Alhamdulillah- teranggap sebagai tulisan yang paling baik. Semoga Allah membalasinya dengan kebaikan”.[Lihat Nasho’ih wa Fadho’ih (hal.112) karya Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy Al-Atsariy, cet. Maktabah Shon’a’ Al-Atsariyyah, 1425 H]

Kenapa kitab tersebut dinilai demikian oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy Al-Atsariy ??! Jawabnya: kita dengarkan Syaikh Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy -hafizhahullah- memberikan perincian yang lebih panjang saat beliau berkata mengingkari Syaikh Bakr dalam bentuk dialog, “Sesungguhnya aku melihat asap kebakaran yang mengepul bagaikan awan hitam yang tebal dari kitabmu Tashnif An-Naas, dan surat selebaranmu yang melanggar ini. Maka kitabmu Tashnif An-Naas, di dalamnya terdapat penyelisihan terhadap sabda Rasul yang Mulia -Shollallahu ‘alaihi wasallam,

افترقت اليهود على إحدى أو ثنتين وسبعين فرقة و افترقت النصارى على ثنتين وسبعين فرقة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة , كلها في النار إلا واحدة قالوا: من هي يا رسول الله؟ قال من كان على ما أنا عليه وأصحابي

“Orang-orang Yahudi telah berpecah menjadi 72 golongan. Orang-orang Nashroni berpecah menjadi 72 golongan. Ummatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di neraka, kecuali satu”. Mereka (para sahabat) berkata, “Siapakah golongan itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Orang yang berada di atas sesuatu yang aku dan para sahabatku berada di atasnya” “.(23)

Para salaf telah menggolong-golongkan manusia ke dalam (beberapa golongan, seperti):Khawarij, Rofidhoh, Mu’tazilah, Murji’ah, Jahmiyyah. Mereka membagi setiap firqoh (golongan) menjadi beberapa golongan. Telah ditulis beberapa kitab dalam hal itu berdasarkan realita golongan-golongan itu”. [Lihat Al-Hadd Al-Fashil (hal.140-141), karya Syaikh Robi’ Al-Madkholiy, cet. Maktabah Al-Furqon, 1421 H]

Selain itu, kitab Tashnif An-Naas sebenarnya bisa dipukulbalikkan kepada para hizbiyyun yang suka mencela ulama’ Ahlus Sunnah –semisal Syaikh bin Baaz, Syaikh Al-Albaniy Syaikh Robi’, Syaikh Muqbi – dan suka mencela pemerintahnya, bahkan ingin memberontak.

* Memangkah Salafiyyun Mencela?

Penulis BSDS dalam beberapa tempat telah menuduh Salafiyyun mencela, benarkah demikian?

Penulis BSDS berkata, “Bendera tersebut dibawa oleh sekelompok orang yang menipu dari orang-orang yang mengaku salafi. Mereka menampakkan diri di hadapan manusia dengan penampilan seolah-olah mencuplik ilmu para ulama dan mutiara hikmah orang-orang bijak. Tampak dengan pakaian kebesaran dalam peribadatan yang menipu, mereka beralasan ini adalah sebuah nasihat dan kritik yang membangun serta untuk meluruskan kesalahan. Akan tetapi, sebenarnya adalah celaan dan hinaan sehingga mereka pun tersesat”.[Lihat BSDS (hal.23)](24)

Jika yang dimaksudkan mencela adalah meng-ghibah, dan mencaci-maki, maka ini tak benar. Namun jika yang dimaksud mencela adalah mengingkari kemungkaran para hizbiyyun, dan ahli bid’ah secara umum, maka ini memang benar, karena ini termasuk amar ma’ruf nahi mungkar.

Sebagian orang-orang yang lemah hatinya dan sedikit ilmunya akan sempit dadanya ketika menelaah kitab-kitab yang berisi bantahan. Ini didasari bahwa menjauhi bantah-membantah merupakan jalan yang paling dekat kepada waro’, dan lebih menjaga kehormatan kaum muslimin.

Namun jika seseorang mau sedikit meneliti sejarah perjalanan para ulama’ kita, maka hal itu akan mengabarkan anda bahwa tak ada suatu zaman pun yang kosong dari bantahan atas mukholif (orang menyelisihi kebenaran), walaupun ia (orang yang dibantah) adalah orang pilihan.(25)

Tatkala hampir semua kelompok-kelompok hizbiyyah berusaha menguburkan perkara an-naqd adz-dzati (bantahan atas person tertentu), menggugurkan amar ma’ruf nahi munkar , dan mengosongkan pertahanan kaum muslimin. Terkadang dengan dalih “menutupi aib kaum muslimin”, mengumpulkan makar bagi orang-orang kafir, dan lainnya diantar hujjah-hujjah yang didasari oleh perasaan yang menjadikan akal-akal mereka tercekoki di saat lemahnya ilmu. Semua ini mengharuskan kita untuk mengembalikan kebenaran pada tempatnya.

“agar dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)”. (QS. Al-Anfaal: 42).

Syaikh Bakr Ibn Abdillah Abu Zaid -hafizhahullah- berkata, “Orang-orang yang bersilat lidah demi mengingkari naqd (bantahan) terhadap kebatilan –walaupun sebagian diantara mereka nampak kesholehan-, tapi semua ini adalah bentuk lemahnya semangat, kurang memahami kebenaran. Bahkan pada hakikatnya, itu adalah bentuk larinya seseorang dari medan laga di hari peperangan; lari dari daerah pertahanan agama Allah. Ketika itu orang yang terdiam dari ucapan kebenaran laksana orang yang berbicara dengan kebatilan dalam dosa.

Abu Ali Ad-Daqqoq berkata, “Orang yang terdiam dari kebenaran adalah setan bisu; orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara”.

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- telah mengabarkan tentang berpecahnya ummat ini menjadi 73 golongan. Keselamatan darinya bagi satu golongan yang berada di atas manhaj kenabian.

Apakah orang-orang yang mengingkari boleh memberikan pengingkaran dan bantahan kepada orang-orang yang menyimpang; apakah mereka ini menjadikan ummat ini menjadi satu golongan saja. Padahal terjadi perbedaan aqidah yang saling kontradiksi; ataukah itu adalah propaganda untuk mencerai-beraikan kalimat tauhid. Waspadailah !!

Mereka tak punya hujjah, selain lontaran ucapan-ucapan batil, “Jangan kalian memecah barisan dari dalam”(26) , “Jangan kalian menghamburkan debu di luar”(27) , “Jangan kalian mengobarkan khilaf di natara kaum muslimin!”, “Kita bersatu dalam perkara yang kita sepakati, dan saling memaafkan dalam perkara yang kita perselisihkan”. Demikianlah halnya.

Iman yang paling rendah, kita katakan kepada mereka, “Apakah para pelaku kebatilan itu mau diam afar kita juga bisa diam; ataukah mereka menyerang aqidah di depan mata dan pendengaran kita, lalu kita diminta diam? Ya Allah, ini tak mungkin !!”

Kami memohon perlindungan kepada Allah bagi setiap muslim dari serangan hujjah orang-orang Yahudi. Mereka (orang-orang Yahudi) berselisih (berpecah-belah) tentang Al-Kitab, dan menyelisihi Al-Kitab. Sekalipun demikian mereka berusaha menampakkan persatuan dan kebersamaan. Namun Allah -Ta’ala- telah mendustakan mereka seraya berfirman,

“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. yang demikian itu Karena Sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti”. (QS. Al-Hasyr:14).

Diantara sebab mereka dilaknat, apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya,

“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat”. (QS. Al-Maa’idah:79)” . Selesai ucapan Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah-.(28)

Syaikh Bakr Abu Zaid -hafizhahullah- berkata lagi,”Oleh karena ini, Jika Anda melihat ada orang yang membantah orang menyelisihi (kebenaran, -pent) dalam hal keganjilan fiqih, atau ucapan bid’ah, maka bersyukurlah kepadanya atas pembelaannya, sesuai kemampuannya. Janganlah engkau menggembosinya dengan ucapan yang hina ini, (“Kenapa orang-orang sekuler tak dibantah?!”). Manusia masing-masing memiliki kemampuan dan bakat(29) , sedang membantah kebatilan adalah wajib (bagi setiap orang,-pent), walaupun bagaimana tingkatannya. Setiap muslim berada dalam batas pertahanan agamanya”. [Lihat Ar-Rodd ala Al-Mukholif (hal.57), dan Sittu Duror (hal.111)]

Memberikan peringatan sesatnya suatu kelompok , baik dalam bentuk ceramah, maupun tulisan, itu bukanlah ghibah yang diharamkan. Boleh menyebutkan kesesatan seseorang, dan penyimpangannya di depan orang banyak, jika kemaslahatan menuntut hal itu.

Ibrahim An-Nakho’iy-rahimahullah- berkata, “Tak ada ghibah bagi pelaku bid’ah (ajaran baru)”. [Lihat Sunan Ad-Darimiy (394)]

Muhammad bin Bundar As-Sabbak Al-Jurjaniy-rahimahullah- berkata, “Aku berkata kepada Imam Ahmad bin Hambal, “Sungguh amat berat aku bilang, “si Fulan orangnya lemah, si fulan pendusta”.Imam Ahmad berkata, “Jika kau diam, dan aku juga diam, maka siapakah yang akan memberitahukan seorang yang jahil bahwa ini yang benar, dan ini yang sakit (salah)”. [Lihat Thobaqot Al-Hanabilah (1/287)]

Sekali lagi kami nyatakan bahwa mengingkari penyimpangan, dan kekeliruan sebuah kelompok atau person bukanlah celaan atau ghibah. Tapi ia merupakan nasihat yang akan menjaga kemurnian Islam dari tangan-tangan jahil. Andaikan pengingkaran seperti ini tak ada, maka hancurlah agama yang suci ini, dan dunia ikut menjadi binasa.

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam”. (QS. Al-Baqoroh: 251 )..

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al-Hajj: 40).

=====================

Footnote :

(1) Adapun kitab ini, maka ia telah dibantah tuntas oleh Ustadz Dzul Qornain dalam kitabnya “Meraih Kemulian Melalui Jihad, bukan Kenistaan”, dan Ustadz Luqman Ba’abduh dalam “Mereka itu adalah Teroris”. Jazahumallah khoiron.

(2) Dua kitab ini telah dibantah oleh Ustadz Luqman Ba’abduh -hafizhahullah- dalam kitabnya “Menebar Dusta, Membela Teroris-Khawarij”.

(3) Selain itu, seorang yang tak mau menyebutkan identitasnya telah mengirim SMS kepada sebagian salafiyyun dengan membanggakan kitab itu. Di lain tempat tempat lagi, seorang anggota Wahdah Islamiyah (WI) juga “perang” dengan seorang ikhwah salafiy lewat SMS dengan bersenjatakan buku ini. Dengan bangganya, mereka menebar syubuhat di kalangan salafiyyun. Sedang Cordova Agency (milik anggaota WI) menyebarkan buku ini dalam rangka menyebar syubhat. Mereka telah ta’’awun di atas dosa dan permusuhan. Nas’alullahal afiyah was salamah.

(4) Selanjutnya kami sebut dengan “BSDS”

(5) Selanjutnya kami sebut dengan Penulis.

(6) Dari sini kita tahu bahwa yang dimaksudkan oleh Penulis dengan pengaku salafi adalah ulama salafiyyah, seperti Syaikh Al-Albaniy, Muqbil Al-Wadi’iy, Robi’, serta murid-murid mereka atau ulama’ salafiyyun secara global dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebeneran. Mereka inilah yang gigih menjelaskan aqidah, dan mengingatkan ummat tentang penyimpangan hizbiyyah dan ahli bid’ah sampai Penulis berang dan emosi melihat usaha baik mereka ini. Akhirnya, ia ingin menutupi kebaikan para ulama itu dengan menulis buku BSDS-nya yang penuh dengan tuduhan keji seperti yang Anda akan lihat, Insya’ Allah !! Kenapa ia menulisnya? Yah, untuk membela Sayyid Quthb, Hasan Al-Banna, Salman, Safar Al-Hawaliy, A’idh Al-Qorniy, dan hizbiyyun secara umum.

(7) Kami tak mau mengatakan bahwa Penulis menipu, sebab nanti dianggap lagi suka mencela. Sekalipun tak ada salahnya jika kita mau katakan demikian sebagaimana yang dilakukan oleh Penulis dalam beberapa tempat dalam kitabnya itu.

(8) Tapi di lain sisi, usai melarang orang “mencela”, eh malah ia balik “mencela” sebagaimana Anda akan melihat hal itu dalam tulisan ini..

(9) Insya’ Allah -Ta’ala- kami akan membantah pernyataan Penulis yang melarang manusia men-tashnif dalam pembahasan-pembahasan berikut.

(10) Tashnif semacam ini juga dilakukan oleh sebagian da’I hizbiyyah yang membagi salafiyyun menjadi dua: salafi haraki, dan salafi Yamani. Yah, sekalipun pembagian ini batil menurut kaedah as-sabr wat taqsim!! Namun demikianlah realita mereka; melarang orang lain melakukan tasbnif, tapi malah mereka adalah gembong dan dedengkotnya pelaku tashnif.

Allah -Ta’ala- berfirman,

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?”. (QS. Al-Baqoroh:44 ).

(11) Benar sekali apa yang dinyatakan oleh beliau !! Tak mungkin Ahlus Sunnah (baca: Salafiyyun) akan bergabung dengan Khawarij, yaitu orang-orang senang memberontak kepada pemerintahnya, baik berupa demo, celaan terhadap pemerintah, perlawanan bersenjata di hadapan penguasa. Tak mungkin Salafiyyun akan bersatu dengan Tabligh yang gandrung sufiyyah, atau HTI, At-Turots, IM dan lainnya yang senang mencela pemerintah, dan mendemo mereka.

(12) Menuduh Salafiyyun mengemban tugas Iblis, ini adalah salah satu tanda bahwa Penulis Memiliki Lisan yang Tajam dalam Mencela Orang. Masak para salafiyyun dianggap membawa tugas Iblis. Nanti kita lihat –insya’ Allah- siapakah yang mengemban misi Iblis ??

(13) Adapun seorang da’i Wahdah Islamiyyah (Muhammad Ihsan Zainuddin) yang getol menyudutkan salafiyyun secara zholim, maka ia berkata dalam mendefinisikan kata tashnif dalam sebuah artikel yang berjudul Fenomena Tashnif di Tengah Para Pejuang Da’wah (1), “Fenomena pemberian label dan cap kepada orang lain”.[Lihat Majalah Islamy (2/1/1426 H) (hal.48)]

(14) Saya khawatir jika ini adalah pekerjaan si Penulis BSDS dalam segala majelis dan keadaannya sehingga ia bisa mengeluarkan kitab BSDS !! Lempar batu sembunyi tangan. Penulis BSDS dalam kitabnya ini telah men-tashnif salafiyyun ke dalam 6 kelompok sebagaimana Anda bisa lihat dalam BSDS (hal. 71-72) ketika ia membagi salafiyyun menjadi: Al-Hasadah, Al-’Uqdah, Al-Murtaziqoh, Al-Muqollidun, Al-Makhdu’un, dan An-Naqimun. Ini adalah bukti autentik bahwa Penulis BSDS sendiri ikut men-tashnif manusia. Ingat, jangan sampai tuduhan yang kita lontarkan telah beranak pianak dan berpindah dari mulut ke mulut, tapi ternyata tidak satu pun tuduhan itu terbukti.

Fa’tabiruu ya ulil abshor !!

(15) Lihat Mu’jam Maqooyiis Al-Lughoh, hal.554 karya Abul Husain Ibn Faris cet. Dar Ihya’ At-Turoots Al-Aroby, dan Lisan Al-Arab (7/423) cet. Dar Ihya’ At-Turots Al-Araby dan Mu’assasah At-Tarikh Al-Araby. Adapun seorang da’i Wahdah Islamiyyah (Muhammad Ihsan Zainuddin) yang getol menyudutkan salafiyyun secara zholim, maka ia berkata dalam mendefinisikan kata tashnif dalam sebuah artikel yang berjudul Fenomena Tashnif di Tengah Para Pejuang Da’wah (1), “Fenomena pemberian label dan cap kepada orang lain”.[Lihat Majalah Islamy (2/1/1426 H) (hal.48)]

(16) Misalnya lihat Shohih Al-Bukhoriy (Kitab Istitab Al-Murtaddin: bab Qotlil Khawarij wal Mulhidin ba’da Iqomah Al-Hujjah alaihim),Shohih Muslim (Kitab Az-Zakah: bab Dzikr Al-Khawarij wa Shifatuhum), Sunan Abi Dawud (Kitab As-Sunnah; bab Al-Khawarij), Sunan At-Tirmidziy (Kitab Al-Fitan: bab Fi Shifah Al-Khawarij), Sunan An-Nasa’iy (Kitab Tahrim Ad-Dam; bab Man Syahhar Saifah Tsumma Wadho’ah fin Naas), Sunan Ibni Majah (Fadhl Ibni Abbas: bab Dzikr Al-Khawarij)

(17) Para sahabat, Tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.

(18) Lihat Mauqif Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah (1/64)

(19) HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (4691). Di-hasan-kan oleh Muhaddits Negeri Syam Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy-rahimahullah- dalam Zhilal Al-Jannah (338)

(20) Singkatan dari Markaz An-Nasyath Al-Islamiy. Orang yang menyingkatnya bukan Salafiyyun. Yang sering menyingkat demikian adalah orang-orang WI,!! Markaz An-Nasyath Al-Islamiy dahulu adalah yayasan yang didirikan oleh Salafiyyun di Makassar sebagai wadah dalam mempermudah urusan dakwah. Salafiyyun tak pernah menisbahkan diri kepada MANIS. Ketika salafiyyun ditanya, antum ikut kajian apa atau dari mana? Jawabnya tidak menyatakan kami dari MANIS. Yang menisbahkan Salafiyyun kepada MANIS (Markaz An-Nasyath Al-Islamiy) adalah orang-orang YWI dalam menyudutkan Salafiyyun di Makassar. Kebanyakan Salafiyyun tak kenal apa itu MANIS, kecuali setelah dimasyhurkan oleh YWI. Para da’I salafiyyun tidak mengenal selain istilah Salafiy atau Atsariy. Mereka hanya menisbahkan diri kepadanya. Ketika ditanya, apa madzhab dan manhaj antum. Mereka jawab, kami adalah salafiy atau atsariy.

(21) Sampai ada diantara mereka, masjidnya pun disebut dengan “ Wihdatul Ummah” (Persatuan Ummat). Sekalipun demikian, merekalah yang pertama kali mengayunkan palu godam atas ummat ini. Buktinya, mereka mengajak ummat untuk berdemo sebagai tanda pembangkangan mereka kepada pemerintah muslim. Mereka melarang anak-anak untuk kajian ke tempat lain sekalipun kajian pada salafiyyin. Bukankah ini merupakan pemecahbelahan ummat? Jelas ini pemecahbelahan ummat, bahkan juga tashnif. Yang satunya bilang: “kami Wahdah Islamiyyah”, yang lain bilang, “Kami Hizbut Tahrir”; yang lain lagi bilang, “Kami Tabligh”, dan satu lagi bilang, “Ikhwanul Muslimin”. Satu sama lainnya saling melarang anak kajiannya untuk bergabung dengan yang lainnya karena takut -alasannya- kalau anak kajiannya “direbut” (baca: dirampas) orang. Bukankah semua ini tashnif !!?fa’tabiruu ya ulil abshor

(22) Lihat Majalah Al-Islamy (2/I/1426 H, hal.54)

(23) HR. At-Tirmidziy dalam As-Sunan (2641), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (444), Ibnu Wadhdhoh dalam Al-Bida’ wa An-Nahyu anha (hal.15-16), Al-Ajurriy (16), Al-Uqoiliy dalam Adh-Dhu’afaa’ (2/262/no.815), Ibnu Nashr Al-Marwaziy dalam As-Sunnah (hal.18), Al-Lalika’iy dalam Syarh Al-I’tiqod (147), dan Al-Ashbahaniy dalam Al-Hujjah fi Bayan Al-Mahajjah (1/107). Hadits ini di-hasan-kan oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy Al-Atsariy dalam Basho’ir Dzawisy Syarof (hal.75), cet. Maktabah Al-Furqon, UEA.

(24) Perhatikan Penulis telah mencap salafiyyun dengan kesesatan !! Bukankah ini adalah celaan ?! Fa’tabiru ya ulil abshor.

(25) Tapi tentunya dengan cara hikmah (bijak), sebab salafiyyun tahu berbuat bijak, bukan seperti yang dituduhkan oleh kaum hizbiyyun bahwa mereka (Salafiyyun) adalah kaum yang jahil, tidak memiliki fikih dalam mengingkari. Malah kaum hizbiyyun sebenarnya yang jahil, tak berhikmah. Lihat saja ketika mereka menasihati penguasa, mereka menyelisihi manhaj salaf !!

(26) Istilah kita, “Jangan mengguting dalam lipatan”

(27) Istilah kita, “Jangan mengacaukan suasana”, “Jangan memancing di air keruh”

(28) Lihat Ar-Rodd ala Al-Mukholif min Ushul Al-Islam (hal.75-76) karya Syaikh Abu Zaid, dan Sittu Duror min Ushul Ahlil Atsar (hal. 109-110) karya Syaikh Abdul Malik Romadhoniy Al-Jaza’iriy.

(29) Maksud beliau bahwa jika ada orang yang membantah pelaku kebatilan, yah itulah kemampuan dan kesempatannya. Lalu kenapa tidak membantah orang-orang sekuler, yah serahkan kepada yang lain lagi, yang memiliki kemampuan membantah orang-orang sekuler !! Wallahu A’lam .

copas dari catatan akhi Prima Saputra Abu Abdullah di FB

Kategori:Uncategorized

Membongkar Ajaran Tasawuf: Hakikat Tasawuf

Membongkar Ajaran Tasawuf: Hakikat Tasawuf
9 Juli 08 oleh Abu Umar

Oleh: Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan

Kata “Tasawuf” dan “Sufi” belum dikenal pada masa-masa awal Islam, kata ini adalah ungkapan baru yang masuk ke dalam Islam yang dibawa oleh ummat-umat lain.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- dalam Majmu’ Fatawa berkata: “Adapun kata Sufi belum dikenal pada abad-abad ke tiga hijriah, akan tetapi baru terkenal setelah itu. Pendapat ini telah diungkapkan oleh lebih dari seorang imam, seperti Imam Ahmad bin Hambal, Abu Sulaiman Ad-Darani dan yang lain. Terdapat riwayat bahwa Abu Sufyan Ats-Tsauri pernah menyebut-nyebut tentang sufi, sebagian lagi mengungkapkannya dari Hasan Basri. Ada perbedaan pendapat tentang kata “sufi” yang disandingkan dibelakang namanya, yang sebenarnya itu adalah nama nasab seperti “qurosyi”, “madany” dan yang semacamnya.

Ada yang mengatakan bahwa kalimat sufi berasal dari kata: Ahlissuffah [4] , hal tersebut keliru, karena jika itu yang dimaksud maka kalimatnya berbunyi : Suffiyy (صفِّيّ) . Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah barisan (shaf) terdepan dihadapan Allah, hal itu juga keliru, karena jika yang dimaksud demikian, maka yang benar adalah: صفِّيّ . Ada juga yang mengatakan bahwa ungkapan tersebut bermakna: makhluk pilihan Allah (صفوة), itu juga keliru, karena jika itu yang dimaksud, maka ungkapan yang benar adalah Shafawy (صَفَوِي).

Ada yang mengatakan bahwa kalimat sufi berasal dari nama seseorang yaitu Sufah bin Bisyr bin Ad bin Bisyr bin Thabikhah, sebuah kabilah arab yang bertetangga dari Mekkah pada zaman dahulu yang terkenal suka beribadah, hal inipun jika sesuai dari sisi kalimat namun juga dianggap lemah, karena mereka tidak terkenal sebagai orang-orang yang suka beribadah dan seandainyapun mereka terkenal sebagai ahli ibadah, maka niscaya julukan tersebut lebih utama jika diberikan kepada para shahabat dan tabi’in serta tabi’ittabiin.

Disisi lain orang-orang yang sering berbicara tentang istilah sufi tidaklah mengenal suku ini dan mereka tentu tidak akan rela jika istilah tersebut dikatakan berasal dari sebuah suku pada masa jahiliyah yang tidak ada unsur Islamnya sedikitpun. Ada juga yang mengatakan –dan inilah yang terkenal- bahwa kalimat tersebut berasal dari kata الصوف (wol), karena sesungguhnya itulah kali pertama tasawuf muncul di Basrah.

Yang pertama kali memperkenalkan tasawuf adalah sebagian sahabat Abdul Wahid bin Zaid sedangkan Abdul Wahid merupakan sahabat Hasan Al-Basri, dia terkenal dengan sikapnya yang berlebih-lebihan dalam hal zuhud, ibadah dan sikap khawatir (khouf), satu hal yang tidak di dapati pada penduduk kota saat itu. Abu Syaikh Al-Ashbahani meriwayatkan dalam sanadnya dari Muhammad bin Sirin yang mendapat berita bahwa satu kaum mengutamakan untuk memakai pakaian dari wol (shuf), maka dia berkata: “Sesung-guhnya ada suatu kaum yang memilih pakaian wol dengan mengatakan bahwa mereka ingin menyamai Al-Masih bin Maryam, padahal petunjuk nabi kita lebih kita cintai, beliau dahulu mengenakan pakaian dari katun atau lainnya, atau ucapan semacam itu”

Kemudian setelah itu dia berkata: “Mereka mengaitkan masalah itu dengan pakaian zahir yaitu pakaian yang terbuat dari wol maka mereka mengata-kannya sebagai sufi, akan tetapi sikap mereka tidak terikat dengan mengenakan pakaian wol tersebut, tidak juga mereka mewajibkannya dan menggan-tungkan permasalahannya dengan hal tersebut, akan tetapi dikaitkannya berdasarkan penampilan luarnya saja. Itulah asal kata tasawuf, kemudian setelah itu dia bercabang-cabang dan bermacam-macam” demi-kianlah komentar beliau –rahimahullah- [5] yang menjelaskan bahwa tasawuf mulai tumbuh berkembang di negri Islam oleh orang-orang yang suka beribadah di negri Basrah sebagai dampak dari sikap mereka yang berlebih-lebihan dalam zuhud dan ibadah dan kemudian berkembang setelah itu.

Bahkan para penulis belakangan sampai pada kesimpulan bahwa tasawuf merupakan pengaruh dari agama-agama lain yang masuk ke negri-negri Islam, seperti agama Hindu dan Nashara. Pendapat tersebut dapat dimengerti berdasarkan apa yang diucapkan Ibnu Sirin yang mengatakan: “Sesungguhnya ada beberapa kaum yang memilih untuk mengenakan pakaian wol seraya mengatakan bahwa hal tersebut menyerupai Al-Masih bin Maryam, padahal petunjuk Nabi kita lebih kita cintai”. Hal tersebut memberi kesimpulan bahwa tasa-wuf memiliki keterkaitan dengan agama Nashrani !!.

Doktor Sabir Tu’aimah menulis dalam bukunya: As-Sufiyah, mu’takadan wamaslakan (Sufi dalam aqidah dan prilaku): “Tampaknya tasawuf merupakan akibat dari adanya pengaruh kependetaan dalam agama Nashrani yang pada waktu itu para pendetanya mengenakan pakaian wol dan mereka banyak jumlahnya, yaitu golongan orang-orang yang total melakukan prilaku tersebut di negeri-negeri yang dimerdekakan Islam dengan pengaruh tauhid, semuanya memberikan pengaruh yang tampak pada prilaku generasi pertama dari kalangan tasawuf “ [6]

Syaikh Ihsan Ilahi Zahir –rahimahullah- dalam kitabnya: Tashawwuf Al-Mansya’ Wal mashdar (Tasawuf, Asal Muasal dan Sumber-Sumbernya) berkata: “Jika kita amati ajaran-ajaran tasauf dari generasi pertama hingga akhir serta ungkapan-ungkapan yang bersumber dari mereka dan yang terdapat dalam kitab-kitab tasauf yang dulu hingga kini, maka akan kita dapatkan bahwa disana terdapat perbedaan yang sangat jauh antara tasauf dengan ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah, begitu juga kita tidak akan mendapatkan landasan dan dasarnya dalam sirah Rasulullah serta para shahabatnya yang mulia yang merupakan makhluk-makhluk Allah pilihan. Bahkan sebaliknya kita dapatkan bahwa tasawuf diadopsi dari ajaran kependetaan kristen, kerahiban Hindu, ritual Yahudi dan kezuhudan Budha” [7].

Syaikh Abdurrahman Al-Wakil –rahimahullah- ber-kata dalam mukadimah kitabnya: Mashra’ut Tashaw-wuf (keruntuhan tasauf): “Sesungguhnya tasauf rekayasa setan yang paling hina dan pedih untuk memperbudak hamba Allah dalam rangka memerangi Allah dan Rasul-Nya, diapun merupakan tameng orang-orang Majusi dengan berpura-pura seolah-olah bersumber dari Allah, bahkan dia merupakan tameng setiap sufi untuk memusuhi agama yang haq ini. Perhatikanlah, akan anda dapatkan didalamnya kependetaan Buda, Zoroaster, Manuiah dan Disaniah. Andapun akan mendapatkan didalamnya Platoisme, Ghanusiah, didalamnya juga terdapat unsur Yahudi, Kristen dan Paganisme (berhalaisme) Jahiliyah “ [8]) .

Dari apa yang diketengahkan oleh para penulis muslim masa kini di atas tentang asal usul tasawuf, dan masih banyak selain mereka yang tidak dise-butkan yang menyatakan hal serupa, maka jelaslah bahwa sufi adalah sesuatu yang dimasukkan ke dalam ajaran Islam yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi pengikutnya dengan cara-cara yang aneh dan jauh dari hidayah Islam.

Mengenai disebutkannya secara khusus kalangan sufi generasi kemudian (muta’akhirin) adalah karena pada mereka banyak terdapat penyimpangan-penyimpangannya. Sedangkan kaum sufi terdahulu, mereka relatif lebih moderat, seperti Fudhail bin ‘Iad, Al-Junaid, Ibrahim bin Adham dan lain lain.

Footnote :
4. Ungkapan yang diberikan kepada para shahabat yang tinggal di masjid Nabawi untuk mendapatkan ilmu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam .
5. Majmu’ Fatawa, 11/5,7,16,18.
6. Hal. 17
7. Hal. 28
8. Hal. 19

(Dikutip dari tulisan Asy Syaikh Dr Sholeh Fauzan, judul asli حقيقة التصوف وموقف الصوفية
من أصول العبادة والدين, Edisi bahasa Indonesia Hakikat Sufi dan Sikap Kaum Sufi terhadap prinsip Ibadah dan Agama. Diterbitkan oleh Depag Saudi Arabia.)

sumber : http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/07/09/membongkar-ajaran-tasawuf-hakikat-tasawuf/

Kategori:Uncategorized

Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal-Aqidah (bagian 7)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh,
Barakallahu fiika (semoga Allah merahmati mu)

Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga shalawat dan salam atas nabi terakhir Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam, tidak ada nabi setelah beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam. semoga shalawat dan salam atas beliau, keluarga beliau, shahabat beliau dan orang – orang yang mengikuti sunnah (jalan) beliau sampai akhir zaman.

Amma Ba’du, (adapun selanjutnya)
Ada beberapa yang ingin saya sampaikan sebelum kita melanjutkan pembahasan tentang aqidah, yang diambil dari kitab Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal-Aqidah, karya seorang ulama ahlussunnah yaman yakni Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah.

Pertama : Judul bab didalam setiap pembahasan adalah tambahan dari kami sendiri. Hal ini untuk memudahkan kita didalam membaca nya.
Kedua : Saya Membersihkan, komentar saya terhadap kitab ini. Karena terasa bagi saya komentar itu memberatkan teman – teman. Apalagi teman – teman yang masih pemula atau yang baru belajar.

Itulah yang perlu kami sampaikan, semoga Allah memberikan manfaat kepada kita dari tulisan Syaikh Yahya hafizhullah ini.

Perhatikan pembahasan ini, karena ini adalah aqidah yang sangat besar. Dan ini adalah aqidah yang wajib bagi setiap muslim untuk beriman dan meyakini nya dan berpegang teguh kepada nya. Siapa yang mendustakan nya, maka dia berada didalam lembah kebinasaan. Perhatikanlah pembahasan ini. Karena ada beberapa kelompok menyimpang didalam pembahasan ini.

Demikian saja, sekarang kita lanjutkan pembahasan kita.

BAB : ORANG MUKMIN AKAN MELIHAT ALLAH SUBHANAHU WA’ALA
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah
[35] Jika dikatakan kepadamu; “Apakah orang-orang Mu’min akan melihat Tuhan mereka pada hari kiamat?”

Katakanlah: Ya, mereka akan melihat-Nya (1) di tempat berkumpul pada hari kiamat (padang masyhar), (2) di surga.

Dalilnya adalah firman Allah:
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS Al-Qiyamah [75] : 22-23)

Dan di dalam kedua kitab Shahih, Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Sungguh, kalian akan melihat wajah Tuhanmu pada hari kiamat.”

Imam Muslim meriwayatkan dari jalur Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Layla dari Shuaib Radhiyallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Allah yang Maha Terpuji lagi Mulia, akan berkata: “Apakah kalian akan meminta sesuatu yang harus Aku berikan kepadamu?” Mereka (orang beriman) akan berkata: “Bukankah Engkau telah memberikan cahaya pada wajah kami? Bukankah Engkau telah mengizinkan kami memasuki Surga dan menyelamatkan kami dari Neraka? Pada saat itu Dia akan menyingkapkan tabir dan pemandangan indah (yang terlihat) mereka tidak akan mendapatkan yang lebih mereka cintai daripada memandang kepada Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Mulia.”

Catatan Hadits :
Hadits ini shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam. Saya tidak dapat menemukan kritikan yang kuat terhadapnya. Hal ini karena Imam Muslim dalam ‘At-Tamyiz’, menukil ijma para ulama bahwa Hammad bin Salamah adalah yang paling benar dalam meriwayatkan dari Tsabit. Yahya bin Ma’in berkata: “Barangsiapa yang menyelisihi Hammad dalam apa yang diriwayatkan dari Tsabit, maka riwayat Hammad lebih didahulukan.”

Orang-orang kafir tidak akan melihat Allah pada hari kiamat. Dalilnya adalah firman Allah:
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka.” (QA Al-Mutaffifin [83] : 15)

BAB : AL-QURAN ADALAH KITAB ALLAH BUKAN MAKHLUK
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[36] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa keyakinanmu terhadap Al-Qur’anul Karim yang terdapat dalam mushaf?”

Katakanlah: Saya beriman bahwa Al-Qur’an adalah Kitabullah dan bahwa ia (al-Quran) bukanlah sesuatu yang diciptakan (manusia).

Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS At-Taubah [9] : 6)

BAB : AL-QURAN DITURUNKAN DALAM BAHASA ARAB
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[37] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah Al-Qur’an dalam bahasa Arab atau bahasa lainnya?”

Katakanlah: Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).” (QS Az-Zukhruf [43] : 3)

Dan Allah berfirman:
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS Asy-Su’ara [26] : 193-195)

BAB : NAMA DAN SIFAT ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA TIDAK TERBATAS
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Hajuri hafizhullah berkata :
[38] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah Allah memiliki nama dan sifat?”

Katakanlah: Ya, Dia memiliki nama dan sifat yang sesuai dengan Keagungan-Nya.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu.” (QS Al-A’raf [7] : 180)

Dan Allah berfirman:
“Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS An-Nahl [16] : 60)

Nama-nama Allah tidak terbatas pada jumlah tertentu yang kita kenal. Hal ini berdasarkan perkataan Nabi: “Aku tidak dapat menghitung Pujian-Mu” (HR Muslim dari Aisyah)

BAB : HANYA ALLAH YANG MENGETAHUI YANG GHAIB
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[39] Jika ditanyakan kepadamu; “Apakah seseorang selain Allah mengetahui perkara ghaib?”

Katakanlah: Tidak seorang pun mengetahui perkara ghaib kecuali Allah.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib.” (QS Al-Imran [3] : 17)

Dan Allah berfirman:
“Sesungguhnya yang gaib itu kepunyaan Allah.” (QS Yunus [10] : 20)

Dan Dia berfirman:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,” (QS An-An’am [6] : 59)

BAB : HARI KIAMAT, HANYA ALLAH YANG TAHU
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[40] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Kapankah Hari Kiamat akan tiba?”

Katakanlah: Hari kiamat merupakan perkara yang ghaib, yang tidak diketahui seorang pun kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah:
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;” (QS Luqman [31] : 34)

Dan Dia berfirman:
“Kepada-Nya lah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat.” (QS Al-fushilat [41] : 47)

Demikian juga, Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak seorang pun mengetahui kapan datangnya hari kiamat kecuali Allah.” (HR Bukhari dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu)

– o O o –
Sampai disini pembahasan kita kali ini
Penulis : Syaikh Yahyah bin Ali Al-Hajuri

Demikian, pembahasan kita minggu ini. Insya’Allah akan bersambung minggu depan. Dari penjelasan diatas maka dapat kita ambil pelajaran bahwa :
1. Wajib bagi setiap orang muslim, meyakini bahwa orang – orang beriman akan melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari Kiamat dan di Surga, tanpa ada pembatas. Adapun orang kafir tidak akan melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapa yang menyelisihi aqidah ini, maka perlu kita pertanyakan keislaman nya. Ini termasuk didalam keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rukun Iman yang pertama.

2. Wajib bagi setiap orang muslim, meyakini bahwa Al-Quran adalah Firman Allah bukan makhluk. Siapa yang mengatakan bahwa al-Quran adalah makhluk maka dia berada didalam pintu kesesatan yang nyata.

3. Al-Quran di turunkan didalam bahasa arab. Bukan didalam bahasa lain. Point 2 dan 3 Ini termasuk didalam keimanan kita kepada Kitab – kitab Allah (rukun Iman).

4. Wajib bagi setiap orang muslim, meyakini bahwa Nama dan Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak terbatas pada jumlah. Siapa yang membatas dengan jumlah maka dia telah berbuat melampaui batas terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini adalah termasuk didalam rukun Iman kepada Allah.

Di negara ini, tersebar dengan aqidah sifat 20 atau sifat 13. dan ini diajarkan di sekolah – sekolah., padahal ini adalah kesalahan yang sangat fatal.

Saya sebutkan kesalahan aqidah yang rusak dan batil ini. Mereka menetapkan sifat wajib bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala itu ada 20 atau 13. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai sifat Ar-Rahman, Ar-Rahim.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala didalam ayat yang saya rasa anak kecil pun hafal yakni Basmallah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Bismillâhirrahmânirrahîm. “

artinya : Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [Q.S Al-Fatihah ayat 1]

Didalam ayat ini, jelas. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan, bahwa Dia mempunyai Sifat Pemurah dan Penyayang. Sementara didalam sifat 13 atau sifat 20. Sifat Ar-Rahman ini tidak disebutkan, begitu juga Ar-Rahim. Begitu juga yang lain nya, banyak sekali sifat Allah yang mereka dustakan. Cukup ini sebagai bukti penyimpangan mereka, dari aqidah yang benar. Semoga Allah menjaga kita dari aqidah yang batil dan rusak.

Saya sebutkan disini karena, dahulu waktu madrasah dan sekolah kami diajarkan aqidah seperti ini. Alhamdulillah, Allah memberi hidayah sehingga kami keluar dan membantah aqidah yang rusak ini. Dan kami tidak ingin kalian masuk kedalam aqidah yang batil ini. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita untuk berpegang teguh diatas islam nya Rasulullah dan para Sahabat.

5. Wajib bagi setiap muslim, meyakini bahwa hanya Allah yang mengetahui yang ghaib. Ini juga termasuk kedalam rukun Iman yang pertama. Maka siapa yang mengaku bahwa dia mengetahui yang ghaib. Atau membenarkan dukun, peramal, para normal atau sejenisnya, Maka dia telah kafir kepada al-Quran.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya maka dia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam.” [Hadits ini Shahih, Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi). (Ditakhrij oleh At-Tirmidzi dalam kitab Ath-Thaharah, bab “Ma Ja’a fi Karahiyati Ityani Al-Haidh”, (135) Ibnu Majah, kitab Ath-Thaharah bab “An-Nahyu ‘An Ityan Al-Haidh” (639) dan dishahihkan oleh Imam Al-Albani rahimakumullahu dalam Al-Irwa’ (6817).)

Jika dia bertanya hanya untuk ingin tahu maka shalat nya tidak diterima selama 40 hari.
Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi orang pintar (dukun,peramal atau sejenisnya – penj) lalu bertanya sesuatu kepadanya maka shalatnya tidak diterima selama empat puluah hari atau empat puluh malam.” (Hadits Shahih, diriwayatkan Imam Muslim) (Ditakhrij oleh Muslim dalam kitab Alaihis salam-Salam, bab Tahrim Al-kahanah wa Ityan Al-Kahhan.”)

Salah saudara kami pernah bertanya kepada seorang Syaikh (guru kami) ketika pembahasan seputar Sihir dan Pedukunan didalam kitab Al-Kabaair [dosa – dosa besar] karya Imam Adz-Dzahabi (sudah diterjemahkan kitab nya. Saya sarankan bagi setiap muslim untuk membaca kitab ini, karena wajib bagi kita mengetahui dosa besar. Supaya kita terhindar dari nya.)

Pertanyaan :
Ustadz, Apa hokum nya menonton The Master di RCTI sebagaimana yang kita saksikan banyak pemuda dan pemudi yang menontotnya.? [kurang lebih begitu pertanyaan nya]

Maka Syaikh itu menjawab :
HARAM, hukum nya menonton acara – acara yang berbau sihir. Begitu juga dengan The Master.

Lalu kami bertanya : “Bagaimana jika hanya ingin tahu…?

Maka beliau menjawab : Maka Shalat nya tidak diterima. Rasululllah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda : “Barangsiapa yang mendatangi orang pintar (dukun,peramal atau sejenisnya – penj) lalu bertanya sesuatu kepadanya maka shalatnya tidak diterima selama empat puluah hari atau empat puluh malam.”

Ini hukuman bagi orang yang ingin tahu saja. Adapun orang yang mempercayainya, maka dia telah kafir kepada Al-Quran. Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam :
“Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya maka dia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam.”

[kurang lebih begitulah jawaban beliau semoga Allah menjaga beliau]

Dan termasuk didalam hal ini adalah membaca ramalan bintang, atau yang sejenisnya. Jika dia membaca hanya ingin tahu, maka shalat nya tidak diterima selama 40 hari. Jika dia mempercayai maka dia telah ingkar kepada al-Quran.

Hati – hatilah wahai saudara ku, alangkah banyak nya pemuda dan pemudi islam yang terjebak didalam masalah ini. Hanya Allah-lah yang bisa memberikan hidayah.

6. Wajib bagi setiap Muslim, beriman bahwa Hari Kiamat hanya Allah yang tahu, kapan terjadinya. Dan ini adalah salah satu rukun Iman yang wajib bagi kita yakini, yakni rukun iman kepada hari akhir (kiamat). Adapun tanda – tanda hari kiamat, sudah disebutkan didalam al-Quran dan as-Sunnah. Dan kitab yang bagus yang pernah kami baca didalam pembahasan Tanda – tanda hari kiamat. Adalah kitab Syaikh Yusuf Al-Wabil yang merupakan Tesis S-2 beliau. Sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul “Hari Kiamat Sudah Dekat” Terbitan Pustaka Ibnu Katsir. Silahkan baca.

Semoga Allah menjaga kita semua nya. Hanya ini yang dapat kami sampaikan. Kalau ada salah ketikan, mohon dibenarkan. Insya’Allah minggu depan kita akan masuk kedalam pertanyaan ke 41 tentang “Syarat Diterima nya Amal”

Ditulis di Kota Bukittinggi (Padang), 29 Rabi’ul Akhir 1431 H

Prima Ibnu Firdaus Ar-Arani
Semoga Allah mengampuni saya, kedua orangtua saya, keluarga saya dan kaum muslimin seluruh nya.

Kategori:Uncategorized

Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal-Aqidah (Bag 5 – 6)

Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal-Aqidah

Oleh Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri

Kita lanjutkan pelajaran kita, yakni pembahasan kitab Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal-Aqidah karya Ulama Besar Yaman, yakni Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah.

Perlu diperhatikan : Judul Bab ini adalah tambahan dari saya (prima) sendiri. Hal ini untuk memudahkan kita didalam membaca nya, Insya’Allah. Maka perhatikan hal ini.

HUKUM MENGOLOK – OLOK SUNNAH (AJARAN) RASULLAH SHALLALLAHU’ALAIHI WA SALLAM

Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[29] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa hukumnya menghina atau berolok-olok dengan Allah, Rasul-Nya dan agama-Nya?”

Katakanlah: Ini adalah kekufuran yang besar. Barangsiapa yang melakukannya dengan sengaja (maka) telah keluar dari Islam.

Dalilnya adalah firman Allah:
“Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS At-Taubah [9] : 65-66)[3]

Catatan [3] Tidak ada perbedaan hukum antara (1) seseorang yang mencaci Nabi Muhammad atau salah satu dari Nabi dan Rasul lainnya, apakah manusia atau malaikat, dan (2) seseorang yang menunjukkan permusuhan terhadap mereka atau bahkan salah satu diantara mereka. Dalilnya adalah firman Allah: “Allah memilih rasul-rasul dari malaikat dan mnusia. (QS Al-Hajj [22] : 75).

Dan Allah berfirman: “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya” (QS Al-Baqarah [2] : 285). Dan juga Allah berfirman: “Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (QS Al-Baqarah [2] : 98).

– o O o –

(Saya Prima) Berkata : Inilah adalah salah satu pembatal keislaman seseorang. Dan ini sering terjadi di tengah – tengah kaum Muslimin, dikarenakan ketidaktahuan nya (Kebodohan nya) terhadap agama (ajaran) Islam.

Seperti perkataan orang yang mengolok – olok wanita yang berpakai cadar : “Lihat itu Ninja” atau perkataan yang semisalnya. Orang yang berkata seperti ini sudah masuk kedalam kekufuran besar. Karena mengolok cadar. Padahal cadar adalah ajaran (sunnah) Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Dan isteri Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam memakai cadar semua nya. Orang seperti, ini sering kita temui bahkan banyak sekali.

Jika ada diantara kita yang sering berkata seperti itu ketika melihat wanita bercadar atau ejekkan lain nya. Maka hendaklah dia bertobat. Sebelum ahzab yang pedih menimpa nya sementara dia tidak menyadari nya. Semoga Allah melindungi kita dari kekufuran ini.

Pertanyaan ini juga sudah diajukkan kepada Al-Lajnah Daimah (Komisi Fatwa dan Riset Ilmiah Dunia) di Kerajaan Arab Saudi. Tentang hukum mengolok – olok wanita pakai cadar, atau yang sejenisnya.

Maka hendaklah kita berhati – hati, didalam berbicara. Lebih baik diam, jika kita tidak mengetahui. Karena dia adalah lebih baik bagi diri kita dan lebih selamat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah).

Berhati – hatilah, mari kita jaga lidah dan ucapan kita. Jika kita ingin mengetahui sesuatu yang kita anggap ganjil. Maka bertanya kepada ahlul ilmi yakni para ulama. Sekali lagi berhati – hati terhadap mengolok – olok atau meremehkan agama. Karena itu adalah penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah menjaga kita semua dari hal yang membatal keislaman kita.

BALASAN BAGI ORANG BERIMAN DAN BAGI ORANG YANG KAFIR
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[30] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah balasan bagi orang-orang yang beriman dan balasan bagi orang-orang kafir pada hari kiamat?”

Katakanlah: Balasan bagi orang-orang Mu’min (beriman) adalah Surga yang merupakan bagian yang paling tinggi dari langit. Dalilnya adalah firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
(QS Al-Bayyinah [98] : 7-8)

Dan balasan bagi orang-orang kafir adalah Neraka yaitu bagian terendah dari bumi (dasar bumi –pent).

Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (QS Fathir [35] : 36)

Dalil bahwa Surga berada di tempat yang paling tinggi di atas langit adalah firman Allah:
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,” (QS An-Najm [53] : 13-15)

Dalil bahwa Neraka berada di tempat yang paling bawah dari bumi adalah hadits Al-Bara’ _ yang meriwayatkan bahwa Nabi _ bersabda: Buku catatan hamba-Ku dalam Sijjin – di tempat paling bawah dari bumi.” (Hadits ini Derajatnya Hasan (Baik))

Kita tidak mempersaksikan seseorang berada di dalam Surga, kecuali mereka yang masuk surga berdasarkan ketetapan dalil. Hal ini berdasarkan firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya.” (QS Al-Isra [17] : 36)

– o O o –

(Saya Prima) : Diantara nya orang yang telah ditetapkan (dijamin) masuk surga adalah 10 orang sahabat Nabi, diantara mereka adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan 6 orang sahabat lain nya.

TEMPAT PERSINGGAHAN MENUJU KEHIDUPAN YANG KEKAL
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[31] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Ada berapa tempat persinggahan?”

Katakanlah: Tempat persinggahan ada tiga:
1. Kehidupan dunia yang akan berakhir.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Al-Imran [3] : 185)

2. Alam Barzakh (alam kubur -pent).
Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun [23] : 100)

3. Persinggahan terakhir (akhirat).
Dalilnya adalah firman Allah mengabarkan
apa yang dikatakan oleh orang-orang Mu’minin dari keluarga Fir’aun:
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (Qs Al-Mu’min [40] : 39)

– o O o –

(Saya Prima) : Perlu di perhatikan, didalam masalah ini. Sebagian besar kaum Muslimin di Negara ini. Mengatakan “Bahwa ada arwah yang gentayangan” atau semisalnya. Ini adalah kebodohan, keyakinan seperti ini adalah keyakinan yang rusak. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan di hadapan mereka ada dinding (pembatas) sampai harii mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun [23] : 100)

Dan pernah seseorang berkata kepada saya, “Anda tidak tahu, kalau malam tadi (yakni malam maulid Nabi) para malaikat menghadiri maulid, begitu juga Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Dan para wali – wali dan orang shaleh.” Lalu saya nasehati orang itu. Kemudian dia mencela dengan berkata “Itulah kamu, kalian di Padang hanya belajar tauhid tapi belum merealisasikan nya” “Belajar jangan dengan Prof., atau DR saja tetapi belajarlah dengan Habib, Kiyai ….dst”

Maka saya diamkan dia. Karena tidak ada manfaat nya melayani orang yang jahil seperti itu. Saya buka disini, supaya kita tahu, bahwa perkataan orang ini atau keyakinan orang ini yang mengatakan bahwa “Para malaikat, arwah para nabi, orang shaleh atau wali, bahkan Rasulullah hadir pada malam maulid Nabi” Ini adalah keyakinan yang Batil dan Rusak. Karena bertentangan dengan al-Quran dan hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam.

Diantara ayat nya adalah firman Allah Subnahu wa Ta’ala diatas :
“Dan di hadapan mereka ada dinding (pembatas) sampai harii mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun [23] : 100)

Berhati – hatilah terhadap orang – orang seperti ini, dan alangkah banyak nya keyakinan yang batil, rusak yang bertebaran dinegara ini. Dan mudah – mudahan Allah memberikan kita kekuatan untuk menyebarkan aqidah (keyakinan) yang benar. Berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah yang Shahih. Semoga Allah menjaga kita semua nya dari keyakinan yang rusak, yang batil.

TEMPAT PERTAMA MENUJU KEHIDUPAN YANG ABADI
Al-Allamah Asy-Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah berkata :
[32] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Dimanakah tempat persinggahan yang pertama menuju ke akhirat?”

Katakanlah: Tempat persinggahan yang pertama ke akhirat adalah kubur.
Dalilnya adalah hadits Utsman bin Affan Radhiyallahu’anhu yang meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya kubur adalah tempat pertama ke di akhirat. Maka seseorang yang diselamatkan darinya, maka apa yang datang setelahnya lebih mudah. Dan jika dia tidak selamat darinya, maka apa yang datang setelahnya jauh lebih buruk.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad dengan derajat Hasan).

– o O o –

AZAB KUBU DAN NIKMAT KUBUR ADALAH BENAR ADA NYA
[33] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa keyakinanmu terhadap azab dan nikmat kubur?”

Katakanlah: “Saya meyakini bahwa itu adalah benar bagi siapa yang patut mendapatkannya. Dalilnya adalah hadits Aisyah Radhiyallahu’anha dimana dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam mengenai azab kubur, maka beliau bersabda: “Siksa kubur adalah benar.” (Mutafaq alaih, dengan lafazh Bukhari)

Aisyah Radhiyallahu’anhu juga meriwayatkan: “Nabi akan memohon perlindungan Allah dari fitnah kubur, azab kubur, dan fitnah Dajjal” (Mutafaq alaih)

Hadits ini menegaskan adanya siksa kubur, fitnah kubur, dan fitnah al-Masih Dajjal.

Diantara dalil-dalil adanya nikmat kubur adalah hadits Al-Bara’ Radhiyallahu’anhu dimana Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Bagi orang-orang Mu’min akan dikatakan, ‘Kenakanlah dia (dengan pakaian) surga dan bukakanlah baginya pintu surga sehingga wangi dan angin surga dapat mencapainya.”

– o O o –

(Saya Prima) berkata : Sebagian orang ada yang menolak ada nya azab kubur, mereka berkata ”Manusia ketika dimasukkan kedalam kubur, tidak di azab dan tidak di apa – apakan. Mereka hanya menunggu sampai hari kiamat. Kan amalan nya belum di hisab.”

Wahai saudara ku, Berhati – hatilah terhadap orang – orang seperti ini. Mereka menolak azab kubur. Padahal begitu banyak ayat al-Quran dan Hadits Rasulullah yang menerangkan ada nya azab kubur. (Insya’Allah akan dibahas pada tempat nya nanti).

Maka dari itu, salah satu keyakinan yang wajib diyakini oleh seorang Muslim, adalah meyakini bahwa Azab Kubur dan Nikmat Kubur adalah Benar ada nya (Haq). Siapa yang mengatakan tidak ada azab kubur, maka dia telah tersesat dari aqidah yang benar.

Dan inilah keyakinan sebagian firqah (kelompok) yang dahulu maupun kelompok yang ada sekarang dari kalangan kaum pergerakan dan yang semisalnya. Maka berhati – hatilah, karena mereka tersebar di negara ini. Kalau saya mau pastilah saya sebutkan kelompok mereka. Alhamdulillah, para Ulama Dunia, telah membongkar kedok mereka. Silahkan teman – teman lihat didalam beberapa tulisan ulama tentang bantahan terhadap kelompok itu. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan mereka dan memberikan kita hidayah untuk tetap istiqamah diatas islam ini. Islam nya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam, islam nya para Sahabat (semoga Allah meridhai mereka semua). Hati – hatilah.

HARI BANGKIT, HISAB, CATATAN AMAL ADALAH BENAR ADA NYA
[34] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa yang engkau yakini mengenai orang-orang yang akan dibangkitkan, diadili, dan diberikan buku catatan amalnya?”

Katakanlah: Saya meyakini bahwa semuanya adalah benar.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: “Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Dan Allah berfirman:
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS Al-Insyiqaq
[84] : 7-12)

– o O o –

Demikian penjelasan Syaikh Yahya hafizhullah. Dari penjelasan beliau diatas maka dapat kita ambil pelajaran sebagai berikut :
1. Mengolok – olok ajaran Islam, baik itu seluruhnya atau salah satunya adalah kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari Islam.

2. Tempat orang beriman dan beramal shaleh adalah Surga yang tinggi dengan segala kenikmatan yang ada didalam nya. Sedangkan tempat orang kafir adalah Neraka dengan segala siksaan nya. Semoga Allah memasukkan kita kedalam surga-Nya dan melindungi kita dari neraka.

3. Tempat Persinggahan ada tiga yakni Kehidupan dunia yang akan berakhir. Kehidupan Alam Barzakh (alam kubur -pent). Dan Kehidupan Terakhir (Akhirat).

4. Tempat pertama menuju Negeri Akhirat adalah Alam Barzakh (Alam Kubur)

5. Azab Kubur dan Nikmat Kubur adalah Benar ada nya. Siapa yang mengingkari nya maka dia telah tersesat dengan kesesatan yang jauh.

6. Hari Bangkit setelah mati, Hari Hisab, Buku Catatan Amal adalah Benar ada nya. Mengimani nya adalah kewajiban dan mengingkarinya adalah kesesatan.

Demikianlah apa yang dapat kita sampaikan kepada pembaca yang mulia, semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi anda.

Insya’Allah bersambung ke pertanyaan yang ke 35 yakni ”MELIHAT ALLAH DI AKHIRAT” dan seterusnya.

Bukit tinggi (Padang), Senin : 5 April 2010

Prima Saputra bin Firdaus Ar-Rani

Semoga Allah mengampuni dosa kami, kedua orangtua kami, keluarga kami dan kaum muslimin seluruh nya.

Kalau ada salah ketik atau ketinggalan huruf nya kami mohon maaf. Dan mohon diberitahukan.

Kategori:Uncategorized

Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal-Aqidah (bagian 4)

Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal-Aqidah

Oleh : Asy-Syaikh Yahyah bin Ali Al-Hajuri hafizhullah

Pemberitahuan :
Perlu diperhatikan. Judul Bab seperti DAKWAH PARA NABI atau yang lain nya yang ditulis sebelum soal dengan hukum besar, baik pada buletin ini atau sebelum nya. Adalah tambahan dari saya sendiri. Adapun dari tulisan Syaikh Yahya hafizhullah tidak. Hal ini saya tambahkan supaya memberikan judul pada pembahasan yang beliau lakukan.

DAKWAH PARA NABI
Syaikh Yahya bin Ali Hajuri hafizhullah berkata :
[22] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa pengertian dari Tauhid yang didakwahkan oleh seluruh Rasul?”

Katakanlah: (Tauhid) artinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam peribadatan.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS An-Nisa [4] : 36)

Dan Allah berfirman:
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (QS Al-Ikhlas[12] : 1-4)

PEMBAGIAN TAUHID
[23] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah kategori Tauhid kepada Allah?”
Katakanlah : Ada tiga kategori Tauhid :
1. Tauhid Rububiyah (Keesaan Allah dalam perbuatan-Nya)
2. Tauhid Uluhiyah (Keesaan Allah dalam peribadatan)
3. Tauhid Asma’ was-Sifat (Keesaan Allah dalam asma’ dan sifat-Nya)

Dalilnya adalah firman Allah:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Dan firman-Nya:
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi, dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS Maryam [19] : 65)
Kedua ayat ini memuat ketiga kategori Tauhid tersebut.

Saya (Prima) berkata : ”Silahkan baca kitab Syaikh Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr yang judul terjemahan nya ”Mengapa Tauhid Dibagi Menjadi Tiga” terbitan Darul Ilmi. Disitu ada dalil dan penjelasan yang panjang tetang hal ini. Dan bantahan terhadap orang yang mengingkari pembagian tauhid ini. Adapun pembagian tauhid menjadi 20, Tidak ada dasarnya didalam islam. Insya’Allah akan dibahas setelah pembahasan kitab ini selesai”

AMALAN TERBAIK DAN TERBURUK
[24] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah amal terbaik dan apakah amal yang terburuk?”
Katakanlah : Amal baik yang paling besar adalah melaksanakan Tauhid dan keburukan yang paling buruk adalah Syirik.

Dalilnya adalah firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S An-Nisa [4] : 48)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab, maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman”.” (Q.S Asy-Syu’ara [26] : 100-102)

Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Syafaatku (pada hari kiamat) adalah bagi umatku yang melakukan dosa-dosa besar.” (H.R Ahmad. Dengan derajat shahih).

Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mati sedangkan dia tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang mati sedangkan dia mempersekutukan Allah dengan sesuatu, maka dia akan masuk neraka.” (HR Muslim)

TINGKATAN DIDALAM ISLAM
[25] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Ada berapa tingkat di dalam agama ini (islam)?”
Katakanlah : Ada tiga tingkatan di dalam agama : (1) Islam, (2) Iman dan (3) Ihsan.
Dalilnya adalah hadits Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu dalam Shahih Muslim (no. 8) yakni,
malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam tentang Islam, Iman dan Ihsan.

Saya (prima) : Hadits yang Syaikh Yahya hafizhullah maksud, sudah saya berikan dibeberapa buletin yang lalu. Silahkan lihat lagi.

DEFINISI IMAN
[26] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah iman itu?”
Katakanlah : Iman adalah ucapan lisan, keyakinan hati dan perbuatan anggota badan. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Dalilnya bahwa iman adalah ucapan lidah dan perbuatan anggota badan adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, dimana Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling tinggi adalah kalimat Laa ilaaha illa (Tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan malu adalah sebagian dari iman.” (Diriwayatkan : Mutafaq’alaih).

Dalil bahwa iman adalah keyakinan hati adalah pada hadits Umar Radhiyallahu’anhu di atas, yang menyebutkan enam rukun iman. (Hadits pembahasan no 25-prima)

Dan juga firman Allah Subhanahu wa ta’ala :
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS Al-Ma’idah [5] : 23)

Anas bin Malik Radhiyallahu’alaihi wa Sallam meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Tanda-tanda keimanan adalah mencintai kaum Anshar, dan tanda-tanda kemunafikan adalah membenci kaum Anshar.” (Diriwayatkan : Mutafaq alaih)

Dalil bahwa iman bertambah dengan ketaatan adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,” (QS Al-Anfal [8] : 2)

Dan Allah berfirman:
“dan supaya orang yang beriman bertambah imannya” (QS Al-Mudtatstsir [74] : 31)

Dalil bahwa iman berkurang dengan maksiat adalah sama dengan dalil yang menunjukkan bertambahnya iman. Hal ini karena sebelum (iman) bertambah tentunya dia terlebih dahulu berkurang.

Berkata Imam Bukhari di dalam kitab Shahih-nya Bab 33: Apabila seseorang meninggalkan sebagian dari kesempurnaan (iman), maka agamanya tidaklah sempurna.

Dalil lain dari berkurangnya iman adalah hadits tentang cabang-cabang Iman yang telah disebutkan (diatas tadi). Juga terdapat hadits dari Abu Sa’id al-khudri Radhiyallahu’anhu dimana Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka ia harus merubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak sanggup, maka (dia harus merubah) dengan lisannya, jika dia tidak sanggup, maka (dia harus merubah) dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (H.R Muslim)

Hadits ini juga menunjukkan bahwa melarang kemungkaran adalah sebagian dari Iman.

RUKUN IMAN
[27] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Ada berapa rukun Iman?”
Katakanlah: Ada enam rukun Iman. Dalilnya adalah hadits Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu adalah Shahih Muslim dimana malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam tentang Iman, maka beliau menjawab:
“Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Kemudian Jibril berkata; “Engkau benar.” (Diriwayatkan : Mutafaq alaih dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu)

DEFINISI IHSAN
[28] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa pengertian Ihsan?”
Katakanlah: Ihsan berarti : “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.” Ini diriwayatkan dari Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam dalam hadits Umar bin Khaththab Radhiyallahu’anhu sebagaimana dapat dilihat pada Shahih Muslim no. 8.

—oooOOOooo—

Saya (prima) dari penjelasan ringkas Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajuri hafizhullah diatas bisa kita ambil faidah :
1. Amal baik yang paling besar adalah melaksanakan Tauhid dan keburukan yang paling buruk adalah Syirik.
2. Pembagian Tauhid didalam Islam hanya ada tiga :
a. Tauhid Rububiyah (Keesaan Allah dalam perbuatan-Nya)
b. Tauhid Uluhiyah (Keesaan Allah dalam peribadatan)
c. Tauhid Asma’ was-Sifat (Keesaan Allah dalam asma’ dan sifat-Nya)
3. Tauhid yang didakwahkan para Nabi dan Rasul adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam peribadatan.
4. Tingkatan di dalam agama ada tiga : (1) Islam, (2) Iman dan (3) Ihsan.
5. Iman adalah ucapan lisan, keyakinan hati dan perbuatan anggota badan. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
6. Rukun Iman ada Enam
7. Ihsan adalah kita beribadah kepada seakan – akan kita melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian apa yang dapat disampaikan kepada pembaca yang mulia, semoga Allah memberikan kepada kita ilmu agama yang bermanfaat. Semoga Allah merahmati kita semua.

Selanjutnya pertanyaan no 29 dan seterus nya bersambung minggu depan. Bagi teman – teman (semoga Allah menjaga antum) yang baru bergabung. Kami ucapkan ”Selamat datang, salam dari kami” Semoga Allah memberikan manfaat kepada antum.

Silahkan lihat pembahasan buletin yang sebelum nya. Jika ada yang baru bergabung.

Padang, 12 Rabi’ Al-Thani 1431 H / 27 Maret 2010 M

dari akhi Prima Saputra Abu Abdullah

Kategori:Uncategorized

Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal Aqidah (Bag 3)

Al-Allamah Al-Alim, Fadhilatus Asy-Syaikh Abu Abdurrahman Yahya Ali Al-Hajuri (Ahli Hadits Yaman) hafizhullah (Semoga Allah menjaga nya) berkata :

SUMBER AGAMA ADALAH AL-QURAN, AS-SUNNAH DAN MANHAJ SALAFUS SHALEH (PARA SAHABAT NABI)
[18] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Darimana seorang Muslim mengambil agamanya?”

Katakanlah: Seorang Muslim mengambil agamanya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, menurut pemahaman para Sahabat Nabi (salafus shaleh).
Dalilnya adalahfirman Allah:
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al-An-Kabuut [29] : 51)

Dan firman-Nya:
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (Qs An-Nisa [54] : 59)

Dan Allah berfirman:
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka (Para Sahabat), bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Qs Al-Fatihah [1] : 7)

Dan Allah berfirman:
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (Para Sahabat), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS An-Nisa [4] :115)

Juga perhatikan hadits yang akan datang berikut ini.

AQIDAH KU ADALAH MENGIKUTI SUNNAH NABI DAN PARA SALAFUS SHALEH
[19] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah aqidahmu?”

Katakanlah: Saya adalah seorang pengikut Sunnah Nabi (Sunni), seorang pengikut Salafus Shaleh. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan Al-Irbadh bin Sariyyah Radhiyallahu’anhu dimana Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Allah). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR Abu Dawud, Hasan Shahih).

RASUL PERTAMA DAN RASUL TERAKHIR
[20] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Siapakah Rasul yang pertama dan terakhir yang diutus oleh Allah?”

Katakanlah: Rasul yang pertama adalah Nuh Alaihissallam dan yang terakhir dan yang terbaik diantara para nabi (Imam nya Para Nabi) adalah – Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam. Kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa Sallam merupakan tanda-tanda kecil dan yang pertama akan dekatnya hari kiamat. (Dan) Kita wajib beriman kepada seluruh nabi.

Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dimana dia meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam berkata mengenai berkumpulnya manusia pada hari kiamat: “Mereka datang kepada Nuh dan berkata: ‘Hai Nuh, Engkau adalah Rasul pertama yang diutus bagi penduduk bumi, dan Allah menyebutmu ‘hamba yang pandai bersyukur’.” (Shahih : Diriwayatkan oleh Mutafaq alaih yakni Bukhari dan Muslim).

Dalil bahwa Muhammad adalah Rasul yang terakhir adalah firman Allah:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab [33] : 40)

Tsauban Radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Dan aku adalah penutup para Nabi, tidak ada nabi setelahku.” (HR Muslim : Shahih)

Dalil bahwa beliau (Muhammad) Shallallahu’alaihi wa Sallam adalah Nabi yang terbaik diantara para nabi adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dimana dia meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Aku akan menjadi pemimpin bagi umat manusia pada hari kiamat.” (Shahih : Diriwayatkan oleh Mutafaq alaih)

Dalil bahwa kita harus beriman kepada semua nabi dan bahwa barangsiapa yang menolak salah satunya berarti telah menolak mereka semuanya, adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“Rasul (Muhammad) telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, (QS Al-Baqarah [2] : 285)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orangorang yang kafir itu siksaan yang menghinakan..” (QS An-Nisa [4] : 151-152)

Dalil bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam adalah tanda-tanda kecil pertama sebelum datangnya hari kiamat adalah hadits Sahl bin Sa’ad Shallallahu’alaihi wa Sallam yang meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam berdabda: “Pengutusanku dengan hari kiamat adalah seperti ini” – dan dia menunjukkan dengan kedua jarinya.

SERUAN (DAKWAH) PARA RASUL SATU YAKNI TAUHID
[21] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa yang diserukan oleh para Rasul kepada manusia?”

Katakanlah : Mereka menyerukan untuk beribadah kepada Allah saja tanpa mempersekutukan-Nya. Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, (QS An-Nahl [16] : 36)

PENGERTIAN TAUHID
[22] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa pengertian dari Tauhid yang didakwahkan oleh seluruh Rasul?”

“Katakanlah: Artinya menyendirikan (mengesakan) Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam peribadatan. Dalilnya adalah firman Allah:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS An-Nisa [4] : 36)

Dan Allah berfirman:
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (QS Al-Ikhlas [112] : 1-4)

Bersambung ke bulletin minggu depan, Insya’Allah. Semoga Allah merahmati kita semua nya

Penulis : Fadhilatus Syaikh Abu Abdurrahman Yahya Ali Al-Hajuri hafizhullah (Ahli Hadits Yaman)

“Semoga Allah mengampuni beliau, keluarga beliau dan membalas beliau dengan kebaikan yang ada disisi-Nya (Surga-Nya)”

Bukit tinggi, PADANG, 2 Desember 2009.

Prima Saputra (Abu Abdullah Frima Ibnu Firdaus Ar-Aroni)

Semoga Allah mengampuni kami, kedua orangtua kami dan kaum mulimin seluruh nya.

dari akhi Prima Saputra Abu Abdullah

Kategori:Uncategorized

Pembahasan Kitab Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal Aqidah (bag 2)

Yang Mulia, Fadhilatus Syaikh Abu Abdurrahman Yahya Ali Al-Hajuri (Ahli Hadits Yaman) berkata :

[5] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Siapakah Nabimu?”
Katakanlah: “Nabiku dan Nabi umat ini adalah Muhammad Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Dalilnya adalah firman Allah:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS Al-Ahzab [33] : 40)

[6] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah hal pertama yang diwajibkan kepada hamba Allah?”
Katakanlah: Belajar mengenai ke-Esa-an Allah (Tauhid).
Dalilnya adalah hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu yang berkata: “Ketika Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam mengirim Mu’adz bin Jabal ke Yaman, Beliau berkata kepadanya (Mu’adz) : “Engkau akan mendatangi orang-orang dari kaum Yahudi dan Nasrani. Maka hal pertama yang harus engkau dakwahkan kepada mereka adalah bahwa mereka hanya beribadah kepada Allah saja.” (Shahih, Mutafaq alaih dengan lafazh Bukhari)

PEMBAHASAN SYAHADAT
[7] Jika seseorang berkata kepadamu: “Apa arti Laa ilaaha illa Allah?”
Katakanlah: Artinya bahwa Tidak ada yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah.” (QS Muhammad [47] : 19)

Dan Allah berfirman:
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak.” (QS Al-Hajj [22] : 62)

[8] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa arti Muhammadun Rasulullah?”
Katakanlah: Artinya bahwa Muhammad adalah Rasul (utusan) Allah yang diutus kepada seluruh mahluk baik jin ataupun manusia.
Dalilnya adalah firman Allah: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya.” (QS Saba’ [34] : 28)

Kita semua harus mentaatinya, beriman kepadanya, dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya. Dalilnya adalah firman Allah:
“Katakanlah: “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul;” (QS An-Nur [24] : 54)

IMAN KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
[9] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa hak Allah yang harus dipenuhi oleh seorang hamba-Nya?”
Katakanlah: Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka beribadah hanya kepada Allah saja dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengannya dalam peribadatan.
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya. Sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak syirik sedikit pun kepada-Nya.” (Shahih, Mutafaq alaihi).

SYIRIK
[10] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah syirik itu?”
Katakanlah: Syirik adalah ketika engkau beribadah kepada selain Allah. Maka setiap perbuatan yang kita lakukan sebagai peribadatan kepada Allah, jika dilakukan kepada selain Allah, maka itulah syirik.
Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” (QS An-Nisa [4] : 36)

NOMOR 11 PEMBAHASAN FIKIH, INSYA’ALLAH

IBADAH
[12] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apa arti kata ibadah?”
Katakanlah: Ibadah adalah kata yang mencakup segala sesuatu yang Allah cintai dan ridhai. Dalilnya adalah firman Allah:
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu;” (QS Az-Zumar [39] : 7)

DIMANAKAH ALLAH…?
[13] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Dimana Allah?”
Katakanlah: Allah berada di atas langit, di atas Arsy.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit.” (QS Al-Mulk [67] : 16)

Dan Allah berfirman:
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS Thaahaa [20] : 5)

Dan dalam sebuah hadits, Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:
“Tuhan kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berkata: “Siapa yang berdoa kepada-Ku yang akan keperkenankan baginya? Siapa yang meminta kepadaku yang akan kuberikan baginya? Siapa yang memohon ampun kepada-Ku yang akan Aku ampuni ?” (Shahih, Mutafaq alaih)

Kata turun disini hanya berarti datang dari atas (tempat yang lebih tinggi).
Dan Allah berfirman:
“Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” (QS Al-An’am [6] : 3)

Berkata Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah : “Ini berarti bahwa Allah adalah satu-satunya yang mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dari apa-apa yang tersembunyi dan yang tampak.”

DEFINISI ISLAM
[14] Jika seseorang bertanya keapadamu: “Apa definisi Islam?”
Katakanlah: Artinya berserah diri kepada Allah dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya semata, tunduk kepada-Nya dalam ketaatan dan terbebas dari syirik.
Dalilnya adalah firman Allah:
“maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.” (QS Al-Hajj [22] : 34)

Dan Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Al-Imran [3] : 102)

RUKUN – RUKUN ISLAM
[15] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Ada berapa pilar (rukun) dalam Islam?”
Katakanlah: Islam memiliki lima rukun. Dalilnya adalah hadits Abdullah bin Umar _ yang meriwayatkan bahwa Nabi _ bersabda: Islam dibangun di atas lima perkara: (1) Bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak diibadai Selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadan dan menunaikan haji.” (Shahih, Mutafaq alaih).

ISLAM AGAMA YANG SEMPURNA
[16] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Apakah agama Islam telah sempurna ataukah masih butuh disempurnakan?”
Katakanlah: Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,” (QS Al-Ma’idah [5] : 3)

INILAH AGAMA MU (AL-QURAN, AS-SUNNAH DIPAHAMI DENGAN PEMAHAMAN AS-SALAF ASH-SHALEH)
[17] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Darimana seorang Muslim mengambil agamanya?”
Katakanlah: Seorang Muslim mengambil agamanya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, menurut pemahaman para sahabat (salafus shaleh).
Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al-An-Kabuut [29] : 51)

Dan firman-Nya:
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (Qs An-Nisa [54] : 59)

Dan Allah berfirman:
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Qs Al-Fatihah [1] : 7)

Dan Allah berfirman:
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS An-Nisa [4] : 115)

Penulis : Yang Mulia, Fadhilatus Syaikh Abu Abdurrahman Yahya Ali Al-Hajuri

“Semoga Allah mengampuni beliau, keluarga beliau dan membalas beliau dengan kebaikan yang ada disisi-Nya (Surga-Nya)”

Bersambung minggu depan.

Bukit tinggi, PADANG, 10 November 2009.

Prima Saputra (Abu Abdullah Frima Ibnu Firdaus Ar-Aroni)
Semoga Allah mengampuni kami, kedua orangtua kami dan kaum mulimin seluruh nya.

Kitab ini diterjemahkan dan disebarluaskan oleh : http://raudhatulmuhibbin.blogspot.com

dari akhi Prima Saputra Abu Abdullah

Kategori:Uncategorized

Pembahasan Kitab Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal Aqidah (bag 1)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh

Materi ini diambil dari kitab “Al Mabaadi Al-Mufidah fit-Tauhidi wal-Fiqih wal Aqidah” (Basic Principle on the Subject of Tuuhid, Fiqih and Aqidah) yang ditulis oleh Al-Muhaddits Asy-Syaikh yang mulia Yahya bin Ali Al-Hajuri, salah seorang murid senior Al-Muhaddits Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah dan sekaligus pengganti Syaikh Muqbil dalam pengajaran di Institut di Damaj, Yaman.

Risalah ini dipilih karena menghadirkan prinsip-prinsip dasar Islam landasan iman dan amaliah kaum Muslimin dalam format yang mudah diikuti. Buku ini disusun poin per poin, pertanyaan dan jawaban, sehingga menjadi bahan pengenalan (terhadap agama) yang sangat bermanfaat.

Dalam mukadimahnya, penulis menyatakan bahwa dia menulis risalah ini untuk mengajarkan anak-anaknya dan juga sebagai petunjuk untuk mengajarkan remaja Muslim lainnya. Dengan maksud yang sama, risalah ini dipilih untuk diterjemahkan dengan harapan ini merupakan usaha untuk:
1) membantu Muslim yang baru belajar untuk memahami konsep dasar keyakinan Islam,
2) membantu orang tua Muslim untuk mengajarkan kepada anak-anaknya dasardasar dari agama; dan
3) sebagai bahan referensi bagi kaum Muslimin dengan pemahaman yang lebih baik dalam mengumpulkan dalil-dalil dan dasar-dasar (agama).

Semoga Allah menerima usaha yang tidak seberapa ini dan memudahkan tujuan-tujuan di atas dapat terpenuhi. Silahkan untuk menyebarkan nya. Semoga bermanfaat. Bagi penerjemah dan penulis buku ini dan bagi orang – orang yang menyebarkan risalah ringkas ini.

MUQADDIMAH

Segala puji bagi Allah dengan puji-pujian yang murni dan terbaik, saya bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah dengan benar kecuali Allah – Maha Esa Dia tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Amma ba’du,

Allah berfirman dalam kitab-Nya:
“Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS Al-Baqarah [2] : 133).

Dalam hadits shahih Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu meriwayatkan: “Suatu hari saya berada di belakang Nabi Shallallahu’alaihi wa Salam ketika beliau berkata kepadaku:

“Hai anak muda, aku ajarkan beberapa kepadamu: jagalah Allah niscaya engkau dapatkan Allah di depanmu, jika engkau minta mintalah kepada Allah, jika engkau minta tolong mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah jika seluruh umat sepakat untuk memberimu manfaat dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat memberimu manfaat dengan sesuatu tersebut kecuali yang telah ditetapkan Allah untukmu. Jika mereka sepakat untuk mudharat dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat mudharat dengan sesuatu kecuali yang telah ditetapkan Allah untukmu. Pena-pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.”

Ayat dan hadits di atas dan yang serupa dengan keduanya merupakan landasan dalam pengajaran kepada anak-anak dengan kata-kata yang sangat dalam, dalam hal Ke-Esa-an Allah dan pengajaran tentang peribadatan kepada-Nya, menjaga batasan-batasan-Nya, bergantung hanya kepada-Nya, dan bahwa Dia selalu mengawasi kita, demikian juga dengan iman terhadap takdir (qadar) – baik dan buruk. Ini adalah penanaman jalan agama yang benar yang dengannya diharapkan orang yang mentaatinya akan menjadi salah satu hamba Allah yang
shalih.

Dan semua ini menyebabkan saya menulis risalah singkat dan sederhana ini untuk anak-anakku – semoga Allah mengarahkan mereka dan memberikan arahan melalui mereka – dalam dasar-dasar Tauhid, Aqidah dan Fiqih bersama dengan dalil-dalilnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Saya berharap semoga Allah memberi manfaat kepada mereka demikian juga anak-anak Muslim lainnya melalui buku ini. Wallahu muwaffiq.

Ditulis oleh: Abu Abdir-Rahman Yahya bin Ali Al-Hajuri
(Semoga Allah mengampuni nya, keluarga nya, kedua orangtua nya dan kaum Muslimin seluruh nya)

PEMBERITAHUAN :
Saya (Prima) berkata :
Saya akan membagi kitab ini didalam beberapa bagian, dan ini adalah bagian pertama. insya’Allah setiap minggu saya akan posting kitab ini. hingga selesai. adapun untuk pertanyaan yang masuk. saya mohon maaf, mungkin kami tangguhkan dahulu. supaya kita fokus kepada pembahasan kitab ini. semoga bermanfaat. dan bagus juga untuk dihafal dan diajarkan kepada adik – adik kita ataupun kepada anak – anak kita. karena kitab ini ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dipahami. semoga bermanfaat.

PEMBAHASAN KITAB

Mengenal Prinsip-prinsip Dasar Tauhid, Fiqih, dan Aqidah

[1] Jika seseorang bertanya kepadamu: “Siapa yang menciptakanmu?”
Katakanlah: Allah menciptakan aku dan segala sesuatu.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Allah menciptakan segala sesuatu.” {QA Az-Zumar [39] : 62)

[2] Jika seseorang bertanya kepadamu: “Siapa tuhanmu?”
Katakanlah : Allah adalah Tuhanku. Dia adalah Tuhan segala sesuatu.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu.” (Al-An’am [6] : 164)

Dan Dia berfiman:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,” (QS Al-Fatihah [1] : 2)

[3] Jika seseorang bertanya kepadamu: “Mengapa Allah menciptakanmu?”
Katakanlah: Allah menciptakan kita semua untuk beribadah kepada-Nya. Dalilnya adalah firman Allah:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS Adz-Dzariyat [51] : 56)

[4] Jika seseorang bertanya kepadamu: “Apakah agamamu?”
Katakanlah: Agamaku adalah agama Islam.
Dalilnya adalah afirman Allah:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Al-Imran [3] : 19)

Dan Allah berfirman:
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar.” (QS At-Taubah [9] : 33)

Dan Allah berfirman:
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Al-Imran [3] : 85) [ 1]
____________________
1. Islam adalah jalan yang lurus (shirat). Dalilnya adalah hadits An-Nuwas bin Sam’an Radhiyallahu’anhu yang meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “…Dan jalan itu adalah Islam” [HR Ahmad (4/182) dan ini adalah hadits shahih]. Maka barangsiapa yang teguh di atasnya akan teguh –insya Allah- di atas shirat yang akan dibentangkan diatas neraka.

Dalilnya adalah firman Allah: “Dan tidak ada seorang pun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orangorang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang lalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS Maryan [19] : 71-72).

Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “…lalu dikirimlah amanat dan rahim supaya keduanya berdiri di sebelah kanan dan kiri jembatan (shirat). Yang pertama diantara kamu akan lewat seperti kilat, kemudian seperti angin, kemudian seperti burung. Dan kecepatan seseorang (diatas jembatan) sesuai dengan amalnya masing-masing…(Dan orang-orang akan terus melintas) sampai amal tak sanggup lagi menolongnya…Di sis-sisi jembatan terdapat pengait yang siap menyambar siapapun yang diperintahkan untuk disambar. Oleh karena itu akan ada yang babak belur meskipun selamat dan ada pula yang terjungkal ke dalam neraka.” (HR Muslim)

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Shirat akan dibentangkan( pada hari kiamat) dan diletakkan di atas neraka.” Kami berkata: “Ya Rasululllah apakah shirat itu?” Beliau Shallallahu’alaihi wa Sallam menjawab: “Ia adalah permukaan yang licin yang memiliki kait dan duri… Ada orang yang selamat, ada yang selamat dengan babak belur dan ada yang terjungkal ke dalam api neraka jahannam.”

[5] Jika seseorang bertanya kepadamu; “Siapakah Nabimu?”
Katakanlah: “Nabiku dan Nabi umat ini adalah Muhammad Rasulullah.
Dalilnya adalah firman Allah:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS Al-Ahzab [33] : 40)

Bersambung minggu depan.

Bukit tinggi, PADANG, 10 November 2009.

Prima Saputra (Abu Abdullah Frima Ibnu Firdaus Ar-Aroni)
Semoga Allah mengampuni kami, kedua orangtua kami dan kaum mulimin seluruh nya.

Kitab ini diterjemahkan dan disebarluaskan oleh : http://raudhatulmuhibbin.blogspot.com

dari akhi Prima Saputra abu Abdullah

Kategori:Uncategorized